Jayapura, Jubi – Kepala Sekolah Luar Biasa atau SLB Negeri 1 Jayapura Kamino SPd MM mengatakan sebelum Kurikulum Merdeka diterapkan di sekolah yang dipimpinnya pada September 2022 sebenarnya sekolahnya sudah lama menerapkan sistem belajar-mengajar seperti Kurikulum Merdeka.
Sebab, katanya, sistem belajar-mengajar sebelumnya di SLB Negeri 1 Jayapura juga dengan cara guru melihat kemampuan siswa yang memiliki keterbatasan masing-masing dan mengeksplorasinya. Hal itu dilakukan karena siswa di SLB tidak seperti siswa di sekolah umum.
“Kurikulum Merdeka juga mengeksplorasi minat dan bakat siswa untuk bisa mengasah daya berpikir siswa agar tidak terfokus hanya di bidang akademik, bahkan mampu dibidang nonakademik,” katanya kepada Jubi, Kamis (14/9/2023).
Penerapan kurikulum yang fokus pada minat dan bakat siswa tersebut, kata Kamino, sesuai dengan hakikat manusia yang diciptakan oleh Sang pencipta dengan kelebihan masing-masing, tanpa disadari oleh siswa. “Kelebihan itu yang harus terus diasah kemampuannya,” ujarnya.
Kamino menjelaskan di sekolahnya penerapan keterampilan lebih dominan daripada materi modul pelajaran. Cara guru mengeksplor minat dan bakat siswa itu adalah guru cenderung melihat potensi siswa tersebut.
“Seperti kalau dia suka menggambar, ya dibiarkan dia menggambar dan juga selain menggambar juga menambahkan untuk melukis atau membatik,” katanya.
Guru SLB Negeri 1 Jayapura Sumini mengatakan jika mengajarkan sesuatu kepada siswa SLB yang merupakan siswa disabilitas harus diselingi. Sebab, tuna grahita, tuna laras, tuna netra, dan tuna rungu berbeda-beda penyerapan pelajaran yang diberikan guru.
“Kesulitannya hanya perlu banyak memaklumi para siswa yang memiliki keterbatasan sendiri,” katanya.
Observasi proses belajar mengajar, katanya, seperti sekolah pada umumnya. Tapi di SLB lebih dominan guru berinteraksi satu persatu dengan siswanya dan minimal dalam satu kelas cuma berisi 10 hingga 15 anak.
Tantangan mengajar di SLB Negeri 1 Jayapura, kata Sumini, sarana dan prasarana yang kurang memadai.
“Karena masih tahap jalur Mandiri Belajar dan baru direncanakan ke jalur Mandiri Berubah,”ujarnya.
Implementasi penerapan Kurikulum Merdeka di suatu sekolah terbagi dalam tiga tahap, yaitu jalur Mandiri Belajar, jalur Mandiri Berubah, dan jalur Mandiri Berbagi.
Jalur Mandiri Belajar di mana kepala sekolah dan guru menerapkan komponen atau prinsip Kurikulum Merdeka dengan tetap menggunakan kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan (Kurikulum tahun 2013 atau Kurikulum Darurat).
Jalur Mandiri Berubah di mana kepala sekolah dan guru menerapkan Kurikulum Merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang disediakan pada satuan pendidikan.
Kemudian jalur Mandiri Berbagi, di mana kepala sekolah dan guru menerapkan Kurikulum Merdeka dengan melakukan pengembangan sendiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan.
Yonathan, 17 tahun, siswa Kelas 10 SLB Negeri 1 Jayapura kepada Jubi mengatakan kesulitannya hanya ketika menulis yang cukup banyak sehingga membuatnya ‘pusing’. Kemudian pelajaran Matematika yang sampai saat ini belum dikuasainya.
Namun Yonathan menyukai aktivitas menggambar, menulis, dan mempelajari Bahasa Inggris. Ia juga mengaku sangat menyukai Pelajaran Belanegara. “Karena bisa membentuk kepribadian menjadi lebih bijaksana dan lebih menumbuhkan karakter,” katanya.
SLB Negeri 1 Jayapura memiliki 202 siswa yang terdiri dari 137 laki-laki dan 65 perempuan. Mereka dibimbing 16 guru. (*)