Jayapura, Jubi – Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua Dr. I Dewa Ketut Wicaksana, SPP, M.Hum menandatangani MoU atau nota kesepahaman dengan Direktur PT Media Jubi Papua Hana Demitou di ruang perpustakaan kampus ISBI Tanah Papua, Rabu 06 April 2022.
Penandatangan MoU itu menandakan awal kerja sama ISBI Tanah Papua dengan dunia industri. Kerja sama itu guna mendukung praktik kerja lapangan untuk dosen dan mahasiswa ISBI.
“Kerja sama itu sekaligus menyosialisasikan bahwa di Papua ada Perguruan Tinggi seni negeri, yaitu ISBI Tanah Papua di Expo, Waena, Kota Jayapura,” kata Wicaksana, rektor ISBI Tanah Papua.
ISBI Tanah Papua diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Surabaya pada 16 Oktober 2014. Saat ini memiliki 101 mahasiswa dan telah mewisuda 40 sarjana.
ISBI Tanah Papua memiliki dua jurusan, yaitu Jurusan Seni Pertujukan membawahi Program Studi Seni Musik dan Program Studi Seni Tari. Sementara Jurusan Seni Rupa dan Desain mengampuh Program Studi Kriya Seni, Seni Lukis, dan Desain Komunikasi Visual.
Kampus itu dilengkapi fasilitas ruang kuliah ber-AC, Laboratorium Musik, Laboratorium Kriya, Studio Tari, Laboratorium Komputer, Perpustakan, dan WIFI Gratis.
Pembantu Rektor I ISBI Tanah Papua Drs. Paulus G.D. Lasmono, SMT menjelaskan kehadiran ISBI di Tanah Papua karena begitu besarnya potensi seni budaya yang terdapat pada 250 suku bangsa yang tersebar di tujuh wilayah adat di Tanah Papua.
“Sehingga dengan hadirnya perguruan seni dan budaya ini mau memastikan bahwa pelestarian dan mengangkat potensi seni budaya oleh kader-kader seni budaya yang hadir sebagai mahasiswa diharapkan dapat melanjutkan keberlangsungan seni budaya Tanah Papua khususnya dan seni budaya Indonesia umumnya,” katanya kepada Jubi.
Lasmono mengatakan keunikan ISBI Tanah Papua adalah dalam hal mengkaji, melestarikan, dan mengangkat atau aktualisasi seni budaya Papua khususnya dan Indonesia umumnya. Karena itu, katanya, ISBI Tanah Papua membutuhkan dukungan masyarakat Papua, khususnya stakeholder seni budaya untuk bersama-sama melestarikan seni budaya Papua lewat jalur pendidikan atau kajian akademis.
“Dukungan dari masyarakat adalah ikut partisipasi sebagai mahasiswa dan ikut terlibat memperkenalkan seni budaya lokal dalam kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan ISBI Tanah Papua,” ujarnya.
Lasmono mengatakan pihaknya terus bergerak mempromosikan ISBI Tanah Papua sebagai satu lembaga pendidikan tinggi yang bisa berperan melestarikan dan memajukan seni budaya di tengah masyarakat lokal dan dunia. Itu dilakukan dengan terlibat aktif dalam kegiatan internal kampus maupun di luar kampus.
“Baru membuat ivent internal lomba antar prodi mahasiswa, di tahun-tahun yang telah lalu pernah ikut berpartisipasi pada pesta kesenian Bali, memeriahkan malam peringatan HUT RI di Kantor Gubernur Papua, dan rangkaian peresmian jembatan di Holtekam, Kota Jayapura,” katanya.
Lasmono mengatakan sebagai Perguruan Tinggi seni dan budaya, ISBI Tanah Papua membutuhkan peminat yang tertarik untuk mengembangkan bakat seni mereka. Saat ini ISBI memiliki 101 mahasiswa dan dibantu 5 tenaga dosen tiap progam studi.
Lasmono mengatakan gedung perkuliahan merupakan pinjam pakai milik UPT Taman Budaya Papua. Pihaknya masih menggunakan gedung tersebut sampai ada kampus baru atau tempat lain pengganti sementara.
Menurut Lasmono, Pemerintah Papua pernah memberikan lokasi, namun lokasi tersebut masih ada masalah tanah ulayat. Pihaknya membutuhkan lahan baru seluas 10 hektare untuk melakukan pembangunan kampus.
“Fasilitas yang dibangun adalah dekenat atau rektorat, ruang kuliah, ruang pendukung administrasi, laboratorium, atudio, aula, gedung pagelaran seni, asrama, dan rumah dosen,” ujarnya.
Warga Kota Jayapura Gabriel mengatakan hadirnya ISBI Tanah Papua sangat penting karena lewat Perguruan Tinggi membantu memelihara budaya yang mulai hilang karena modernisasi dan teknologi yang sedang berkembang.
“Hadirnya ISBI di Papua, agar budaya yang ada tetap terjaga walaupun modernisasi datang,” katanya.
Menurut Gabriel kuliah di ISBI itu sama seperti kuliah di kampus lain, hanya saja di ISBI akan bertemu dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan seni dan budaya.
“Yang perlu dibenahi itu gedung perkuliahan dan butuh tambahan dosen,” ujarnya. (*)
Discussion about this post