Jayapura, Jubi – Sagu mentah yang ada di Pasar Hamadi dan Pasar Youtefa rupanya berasal dari Kecamatan Genyem dan Sentani Kabupaten Jayapura. Walau pembeli sagu sekarang menurun drastis, Mama-mama pedagang asli Papua tetap setia menjualnya.
Hal itu dikatakan oleh Mama Maria Maniani saat ditemui Jubi di Pasar Hamadi, dan Mama Martina Maniani di Pasar Youtefa, pada Kamis (19/10/2023).
“Sagu mentah yang Mama beli ini dari orang Genyem, nanti dong datang taruh di depan situ baru Mama tong beli,” ujar Mama Maria Maniani.
Hal ini juga disampaikan Mama Martina Maniani di Pasar Youtefa, “Mama (biasa) beli sagu ini dari orang Genyem dan Sentani tapi untuk sagu yang sekarang Mama jual ini beli dari orang pendatang”.
Harga sagu mentah dari Genyem dan Sentani per karungnya berkisar 200 ribu sampai 300 ribu rupiah. Sagu yang dijual di pasar, dari potongan kecil hingga besar, berkisar 10 ribu sampai 50 ribu rupiah.
Menurut Mama Martina Maniani untuk satu karung sagu seberat 25 kilogram bisa menjadi 400 potong sagu berukuran lebih kecil.
“Dalam satu hari Mama taruh 40 potong sagu mulai harga Rp10 ribu sampai Rp50 ribu. Dan untuk ukuran satu karung 25 kilogram itu bisa dapat 400 potongan sagu,” ujarnya.
Mama Maria Maniani mengeluhkan pembeli sagu yang belakangan ini menurun drastis, “dulunya sehari bisa habis satu sampai 2 karung sagu mentah, “tapi sekarang satu karung (baru) bisa habis satu sampai 2 minggu”.
Mama Maria Maniani maupun Martina Maniani mengaku dalam sehari bisa mendapatkan kisaran Rp150 sampai Rp400 ribu dari pembeli sagu. Namun Mama Martina Maniani hanya bisa membeli sagu mentah lagi jika stok sagunya sudah habis. Sementara Mama Maria Maniani tetap rutin membeli sagu dari Genyem dan Sentani walaupun sagu belum habis.
Menurut Mama Martina Maniani, ditengah penjualan yang menurun, ia masih harus membayar sewa meja lapak sagunya di Pasar Youtefa dengan harga sangat tinggi tiap bulan. “Meja yang dipakai ini disewakan seharga Rp800 ribu per bulan dan menurut Mama ini mahal karena belum tentu sagu ini bisa habis terjual,” ujarnya getir.
Namun sagu yang tak habisa terjual tidak lantas basi atau kadaluarsa. Menurut Mama Martina proses penyimpanan sagu, bila dilakukan dengan benar, bisa bertahan bahkan hingga 2 tahun.
“Sagu itu bisa bertahan selama 1 sampai 2 tahun, untuk proses penyimpanannya itu taruh di ember, tambahkan jeruk nipis dan air lalu airnya harus sering diganti,” kata Mama Martina Maniani.(*)