Jayapura, Jubi-Universitas Utrecht, negeri Belanda didirikan pada 1636. terletak di tengah kota Utrecht termasuk salah satu universitas tertua di negeri kincir angin itu.
“Universitas ini terdiri dari tujuh fakultas termasuk humaniora; ilmu sosial dan perilaku; hukum, ekonomi dan pemerintahan; geosains; obat-obatan; kedokteran hewan dan sains,”demikian dikutip jubi.id dari timeshighereducation.com , Minggu (2/7/2023).
Jurnalis jubi.id pada awal Juni lalu, (7/6/2023) sempat berkunjung dan melihat dari dekat suasana di kampus legendaris yang melahirkan banyak tokoh dan cerdik cendekia itu. Pantauan Jubi.id selama di sekitar kampus Utrecht, banyak turis yang berkunjung dan melihat dari dekat kampus Utrecht.
Tampak di depan kampus terdapat sebuah patung sebelah kiri Graaf van Nassau. Bangunan tua ini lebih khusus untuk mahasiswa jurusan Fakultas Hukum berkuliah. Salah satu advokat terkenal Indonesia Adnan Buyung Nasution, pernah belajar hukum di Universitas Utrecht.
Ada juga nama Hans J Wospakrik pernah pula ikut riset tentang fisika teori juga di Universitas Tertua di negeri Belanda ini. Wospakrik adalah Fisikawan asal Papua. Universitas Utrecht, selama berdiri sudah menghasilkan sebanyak 12 pemenang Hadiah Nobel dan 19 pemenang Hadiah Spinoza sebagai bagian dari alumni dan fakultas.
Salah satu peraih hadiah nobel Fisika 1999 dari Universitas Utrecht Negeri Belanda adalah Martinus JG Veltman yang kemudian meneliti dan mengajar fisika teoritis di Ann Arbor Universtas Michigan Amerika Serikat.
“Sebagai fisikawan dengan reputasi internasional, Hans J Wospakrik pada awal 1980 an pernah mengadakan riset bersama peraih hadiah nobel Fisika dari Universitas Utrecht Martinus J Veltman,”demikian tulis Bambang Kaswati Purwo dari Universitas Katolik Aymajaya Jakarta penerbit buku berjudul Dari Atomos Hingga Quark,Mei 2005.
Dr Hans J Wospakrik pertama kali dibawa ke negeri tulip oleh Prof Dr Kistemakers dari Utrecht Belanda, memperjuangkan bea siswa untuk melakukan riset di sana.
Beruntung sekali, karena waktu itu mendiang Hans J Wospakrik dapat melakukan penelitian fisika teori langsung di bawah bimbingan dua fisikawan Belanda Martinus J G Veltman dan Gerardus’t Hooft, yang kelak meraih hadiah Nobel Fisika pada 1999.
Setahun di Utrecht, dosen dan pembimbing Hans J Wospakrik membawa pula fisikawan asal Papua itu ke Universitas Michigan untuk mengajar dan juga riset di sana. Menurut Gerardus Hooft kepada jurnalis Kompas, Salomo Simanungkalit, Veltman memutuskan Hans harus ikut dengannya ke Universitas Michigan.
“Wospakrik adalah orang yang cemerlang waktu itu sebab bila tidak, Veltman yang tabiatnya yang saya kenal, tidak mungkin ngotot membawa serta Hans,”kata Hooft sebagaimana ditulis jurnalis Kompas itu dalam profil Hans J Wospakrik pada Harian Pagi Kompas, edisi 9 September 2003.
Marthin Veltman dalam catatannya tentang Hans J Wospakrik menyebutkan, selama di Utrecht, Wospakrik menggarap teori-teori Yang Mills, yang waktu itu frontier dalam riset partikel elementer. “Secara khusus Hans berkonsentrasi menelaah persamaan persamaan gerak Yang Mills, dan melalui pekerjaanya ini Hans dan saya mendapat pemahaman yang lebih mendalam mengenai struktur matematika teori Yang Mills,”tulis Martin Veltman dalam buku berjudul Dari Atomos Hingga Quark.
Setelah hampir dua tahun dari Utrecht ke Ann Arbor, Michigan fisikawan Papua itu kembali ke Institut Teknologi Bandung (ITB) dan mengajar di jurusan Fisika. Selanjutnya pada 1999, Hans Wospakrik ke Universitas Durham, UK dan menyelesaikanprogram doktornya pada 2002.
Hans J. Wospakrik meninggal di RS Dharmais, Jakarta pada tanggal 11 Januari 2005 karena penyakit Leukimia. “ Ia hebat, potensial, tapi juga rendah hati dan santun,”demikian tulis Antonius Krisna Murti dalam artikel berjudul Hans Wospakrik: Kecemerlangan dalam Kesederhanaan jurnal ITB 2005.
Putrinya, Maya Wospakrik adalah lulusan Fakultas Fisika dan Astronomi di Universitas Florida Amerika Serikat, ia meraih gelar PhD Fisika Astronomi dengan predikat cum laude pada 14 Agustus 2018.
Perempuan bernama lengkap Marianette Octovina Wospakrik itu, menulis disertasi tentang eksperimen MINERvA yang mengukur penampang DIS Hamburan Inelastik Jauh Neutrino pada target nuklir yang berbeda.
Anak kedua dari Hans Wospakrik dan Regina Sorontouw ini berkesempatan bekerja di Fermi National Accelerator Laboratory (Fermilab) Batavia, Illinois dekat Chicago, Illinois. Fermilab merupakan Laboratorium Nasional Departemen Energi Amerika Serikat. Setelah bekerja di Amerika Serikat,
Maya Wospakrik sekarang bekerja di Organisasi Riset Nuklir Eropa, yang dikenal sebagai CERN, adalah organisasi antar pemerintah yang mengoperasikan laboratorium fisika partikel terbesar di dunia di negara Swiss.(*)