Jayapura, Jubi – Australia dan Papua Nugini merayakan ulang tahun ke-40 Perjanjian Selat Torres, yang mulai berlaku pada 15 Februari 1985.
Perjanjian tersebut menetapkan batas-batas maritim serta melindungi praktik budaya dan tradisional penduduk di Zona Lindung Selat Torres.
Perjanjian ini juga memungkinkan pergerakan bebas antara kedua negara untuk keperluan memancing tradisional, upacara, perdagangan, dan pertemuan sosial.
Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, menekankan pentingnya perjanjian ini.
“Perjanjian Selat Torres mengakui kekerabatan antara kedua negara dan rakyat kita, mencerminkan hubungan yang sangat penting antara Australia dan Papua Nugini sebagai tetangga, teman, dan sederajat,” ujarnya.
Menteri Pembangunan Internasional dan Pasifik, Pat Conroy, menegaskan kembali komitmen Australia.
“Pengaturan dalam perjanjian ini mencerminkan ribuan tahun keterlibatan dan hubungan budaya yang erat antara Papua Nugini dan Australia,” katanya seperti dikutip Jubi dari sejumlah media Pasifik.
Tonggak sejarah ini terjadi saat Papua Nugini bersiap merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke-50 pada September mendatang.
Penduduk Kepulauan Selat Torres sebagian besar adalah orang Melanesia, yang secara budaya lebih mirip dengan penduduk pesisir Papua Nugini. Secara fisik, mereka memiliki kemiripan dengan Suku Marind di Provinsi Papua Selatan.
Oleh karena itu, mereka dianggap berbeda dari penduduk Aborigin Australia dan umumnya disebut secara terpisah, meskipun hubungan perdagangan dan perkawinan campur dengan penduduk Aborigin daratan tetap berlanjut.
Dua komunitas utama Penduduk Kepulauan Selat Torres di pesisir daratan terdekat adalah Bamaga dan Seisia.
Berdasarkan Perjanjian Selat Torres, penduduk Papua Nugini diizinkan mengunjungi Kepulauan Selat Torres untuk tujuan tradisional sejak 15 Februari 1985.
Terdapat tiga bahasa utama yang digunakan di kepulauan ini. Dua di antaranya adalah bahasa asli, yaitu Bahasa Selat Torres Barat-Tengah (dikenal dengan berbagai nama seperti Kalaw Lagaw Ya, Kalaw Kawaw Ya, Kulkalgau Ya, dan Kaiwaligau Ya) serta Bahasa Torres Timur Meriam Mir.
Beberapa politisi Australia telah menyatakan dukungan bagi kemerdekaan penduduk Kepulauan Selat Torres, termasuk Bob Katter dan mantan Perdana Menteri Queensland, Anna Bligh, yang pada Agustus 2011 menulis surat kepada Perdana Menteri Julia Gillard untuk mendukung kemerdekaan Kepulauan Selat Torres dari Australia.
Pada Oktober 2011, Perdana Menteri Gillard menyatakan bahwa pemerintahnya akan mempertimbangkan permintaan Selat Torres untuk pemerintahan sendiri dengan penuh hormat. Tokoh lain yang juga mendukung kemerdekaan kepulauan ini adalah aktivis hak-hak Pribumi Australia, Eddie Mabo. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!