Jayapura, Jubi – Pemimpin kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB Komando Daerah Pertahanan atau Kodap III Ndugama-Derakma, Brigjen Egianus Kogeya bertanggung jawab membakar pesawat Susi Air dengan call sign PK-BVY di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2/2023). TPNPB juga membenarkan bahwa mereka telah menyendera pilot pesawat itu.
Hal itu dinyatakan Egianus Kogeya melalui keterangan pers tertulis yang diumumkan Juru Bicara TPNPB, Sebby Sambom pada Selasa. “Kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma sudah membakar satu pesawat Susi Air nomor registrasi PK-BVY di lapangan terbang Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan,” kata Kogeya.
Kogeya menyatakan pesawat Susi Air dengan call sign PK-BVY terbang dari Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, pada Selasa subuh. Pesawat itu mendarat di Distrik Paro pada pukul 06.26 WP. “Pasukan TPNPB berhasil membakar [pesawat itu]. Pilotnya kami tahan dan akan menjadi sandera kami,” kata Kogeya.
Dalam keterangan pers tertulis itu, Kogeya juga menyinggung kasus penyanderaan para peneliti Tim Ekspedisi Lorentz 95 yang terjadi pada 8 Januari – 9 Mei 1996. Egianus Kogeya menyebut penyanderaan itu dilakukan kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional yang dipimpin Kelly Kwalik, Daniel Yudas Kogeya, Silas Elmin Kogeya.
Egianus Kogeya menyatakan pemerintah harus menutup semua jalur penerbangan menuju Kabupaten Nduga. Ia menyatakan pasukan TNI/Polri tidak boleh menembak atau menginterogasi warga sipil Nduga, karena pembakaran pesawat Susi Air dan penyanderaan pilot itu bukan dilakukan warga sipil Nduga.
Menurutnya, TPNPB baru akan membebaskan pilot Philips Max Marthin yang berkewarganegaraan Selandia Baru jika Indonesia melepaskan Papua untuk merdeka. Kogeya menyatakan semua kegiatan pembangunan di Nduga harus dihentikan, dan kelompoknya akan terus melanjutkan perang hingga Papua merdeka. (*)