Merauke, Jubi – Ketua kontak tani nelayan andalan (KTNA) Kabupaten Merauke, Papua, Sukarmin menyatakan petani di daerah tersebut tidak banyak menggarap lahan sawahnya dalam musim tanam tahun ini, karena pupuk subsidi terlambat disalurkan oleh instansi pemerintah setempat.
Selain terlambat disalurkan, ungkap Sukarmin, pupuk subsidi yang disalurkan juga tidak memenuhi kebutuhan riil di lapangan. Menurut dia, masalah keterlambatan penyaluran pupuk dan kuotanya yang terbatas dikeluhkan petani setempat.
“Petani mengeluhkan pada musim tanam pertama kemarin, pupuk baru tiba saat padi sudah berumur dua bulan. Itu terlambat. Pemupukan seharusnya dilakukan dua kali sebelum padi berusia satu bulan,” kata Sukarmin, Jumat (16/9/2022).
“Menurut petani pupuk yang disalurkan juga tidak mencukupi kebutuhan mereka. Untuk satu hektare lahan itu butuh 100 hingga 150 kilogram pupuk kimia. Sedangkan kemarin, mereka (petani) melaporkan kalau kuota pupuk diberikan bertahap, tidak sesuai kebutuhan,” sambungnya.
Akibat keterlambatan penyaluran pupuk dan kuotanya yang kurang, banyak lahan yang tidak digarap oleh petani. Hanya saja Sukarmin tidak menyebutkan berapa luasan lahan yang tidak digarap tersebut.
“Kita berharap instansi teknis yang punya kewenangan bisa menyalurkan pupuk tepat waktu atau lebih awal sebelum tanam. Juga kuotanya harus sesuai kebutuhan riil di lapangan,” ujar Sukarmin.
Sukarmin juga mengungkapkan bahwa pada musim tanam kedua (gadu) periode Juli – September 2022, pupuk subsidi baru disalurkan.
Sementara sebagian besar petani sudah panen gadu. Sehingga pupuk yang disalurkan tersebut disimpan oleh petani untuk stok tahun depan, jika pemerintah kembali terlambat menyalurkan pupuk.
“Ya itu dijadikan cadangan oleh petani. Mereka berjaga-jaga jangan sampai musim rendengan (tanam pertama) tahun depan, pupuk terlambat salur lagi. Kami berharap penyaluran pupuk tepat waktu, sehingga nanti tidak menurunkan produktivitas padi Merauke,” pungkasnya. (*)