Jayapura, Jubi – Universitas Cenderawasih bersama Econusa Region Papua dan Walhi Papua, menyelenggarakan seminar nasional ekologi dan pembangunan berkelanjutan dengan tema, Population Vs Pollution sebagai “Gerakan mahasiswa Indonesia mewujudkan kampus sebagai ‘Honai’ keadilan ekologis”, pada Senin (16/10/2023) di salah satu kafe di seputar Holtekam, Kota Jayapura, Papua.
Seminar yang diadakan secara dalam jaringan (daring) ini menghadirkan para narasumber tokoh budayawan Indonesia dan juga dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Prof Dr Frans Magnis Suseno SJ, Koordinator Econusa Regio Papua, Maryo Saputra Sanudiin dan Direktur Walhi Papua, Maikel Peuki.
Rektor Universitas Cenderawasih Dr Oscar Oswald O. Wambrauw dalam sambutannya mengatakan saat ini krisis lingkungan yang terjadi telah menjadi sesuatu dan merupakan fenomena global yang diketahui bersama, dimana banyak isu yang menjadi perbincangan dan juga ditangani berbagai pihak.
“Ini merupakan keprihatinan sebagai manusia terhadap lingkungan kita. Sehingga proses ini perlu juga kita memberi pemahaman, edukasi untuk bagaimana krisis ini dapat kita atasi, karena ini meliputi sistem ekologi kita di alam ini yaitu di bumi, baik yang berkaitan dengan manusia, juga dengan sumber daya alam lainnya,” kata Wambrauw.
Menurutnya, hal terbesar yang menjadi tantangan saat ini adalah mewujudkan suatu ekologi yang seimbang dan selaras, agar semua hal yang diinginkan harus diwujudkan, terutama sebagai masyarakat yang mendiami bumi ini.
Seminar yang dilakukan juga untuk mewujudkan peran kampus sebagai “Honai” bagi keadilan ekologi ke depannya. Sehingga ia berharap sebagai mahasiswa harus peka dan berperan aktif untuk bagaimana mewujudkan lingkungan yang sehat dan tidak merugikan pihak lain atau lingkungan sekitarnya.
“Sebagai contoh dapat menyadarkan diri sendiri dan juga untuk menjaga dari pada lingkungan masing-masing, sehingga dapat juga mengajak lingkungan lainya untuk memberikan pemahaman terhadap bagaimana kita menjaga dan memelihara lingkungan kita dari sekarang sampai pada kehidupan yang akan datang,” katanya.
Ia berharap sebagai mahasiswa khususnya di lingkungan Uncen sendiri dapat memberi contoh, bagaimana dampak dari pada perilaku dan tindakan-tindakan yang dapat merugikan terhadap ekosistem saat ini.
“Itulah pada dasarnya peran mahasiswa ke depan, kita harapkan ini merupakan dari pada pelayanan tri dharma perguruan tinggi sehingga pengabdian kepada masyarakat dapat kita wujudkan bukan hanya terbatas pada aktivitas atau kegiatan antarmanusianya saja, tetapi juga bagaimana manusia dengan lingkungan sekitar, baik secara internal masing-masing maupun lingkungan yang lebih luas,” katanya.
Selain itu, hal ini juga merupakan salah satu wujud kegiatan merdeka belajar atau kampus merdeka yang telah memberi peluang kesempatan pada mahasiswa untuk dapat melaksanakan berbagai bentuk kegiatan yang disediakan, untuk bisa meningkatkan kompetensi kemampuan dan skill dari pada mahasiswa itu sendiri.
Dengan begitu melalui kesempatan melalui kegiatan-kegiatan merdeka belajar, baik itu proyek independen, kegiatan kemanusiaan dan kegiatan yang lain, merupakan bagian dari bagaimana memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk terus memberi penguatan kemampuan skill untuk dapat memberi peran pada suatu saat menyelesaikan studinya.
“Ini juga merupakan pengabdian dari kampus dan mahasiswa kepada lingkungan sekitar dan masyarakat secara umum, sehingga ini akan menjadi nilai tambah dari mahasiswa itu sendiri untuk kemudian ketika telah menyelesaikan studi dapat membuat suatu inovasi-inovasi baru dan peran mereka dalam keilmuan yang ada, untuk memberikan kontribusi baik bagi pengetahuan teknologi maupun terkait dengan krisis lingkungan atau krisis ekologi yang kita ketahui sekarang ini,” katanya. (*)