Manado, Jubi – Kondisi Pulau Tagulandang masih gelap gulita pascaletusan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara pada Selasa subuh. Kondisi pelabuhan Tagulandang di Desa Bahoi hanya diterangi lampu dari KN SAR Bima Sena.
Menurut Anex Tatulus, warga Desa Mohongsawang, listrik padam berlangsung sejak pukul 01:00 WITA. Itu tidak lama setelah letusan hebat Gunung Raung.
“Lampu padam diperkirakan sejak pukul 01.00 WITA. Terjadi hujan batu, kerikil, debu saat letusan [Gunung Ruang], [dan] lampu pun padam,” kata Anex saat ditemui di Pelabuhan Tagulandang, Selasa malam (30/4/2024).
Saat Gunung Ruang kembali meletus, kondisi di sekitar Dermaga Bahoi sangat mencekam. Warga takut dan panik saat menghadapi kejadian itu.
“Saat letusan, kami diguyur hujan deras disertai guntur, [material] batu, dan pasir. Kami pun panik,” kata Yefti yang tinggal di dekat Dermaga Bahoi.
Anex dan Yefti ialah warga di Pulau Tagulandang. Mereka hendak mengungsi ke rumah keluarga di Manado, Sulawesi Utara. Hingga Pukul 22.00 WITA, listrik masih padam di Tagulandang
Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) mencatat Gunung Ruang mengalami tiga kali erupsi pada pukul 12.00–18.00 WITA. Ketinggian letusannya sekitar 800–1.500 meter dengan asap kelabu dan hitam.
Rentetan letusan tersebut beramplitudo 20–41 milimeter dengan durasi 62–300 detik. Terekam pula getaran atau microtremor dengan amplitudo 6–40 milimeter dengan tingkat aktivitas level IV awas.
Pascaletusan Gunung Ruang pada Selasa dini hari, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan radius bahaya menjadi 7 kilometer. Radius bahaya itu bertambah sejauh 1 kilometer dari sebelumnya.
Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku Juliana mengatakan letusan pada Selasa dinihari lebih besar daripada 17 April lalu. Karena itu, dia berharap warga Tagulandang dan wilayah di sekitarnya mengungsi dari daerah berbahaya tersebut.
“Erupsi kali ini disertai gemuruh gempa terus-menerus. Lontaran materialnya juga lebih besar daripada 17 April 2024,” kata Juliana.
Kedahsyatan letusan Gunung Ruang kali ini dapat dilihat dari dampak erupsinya. Debu vulkaniknya lebih cepat menjangkau wilayah Kota Manado jika dibandingkan dengan erupsi sebelumnya. Letusan kali ini juga disertai awan panas.
12 ribu pengungsi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan sebanyak 12 ribu warga harus diungsikan dari Tagulandang. Mereka berasal dari Desa Pumpente, Laingpatehi, Mahangiang, Tulusan Barangka Pehe, Apengsala, Lesah Rende, Pahiama, Boto, Leseh, dan Bahoi, serta Balehumara.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan mereka telah membangun tujuh lokasi pengungsian darurat di Manado dan Kepulauan Siau untuk menampung warga Tagulandang. Warga diangkut dengan kapal TNI Angkatan Laut, Basarnas dan Polri.
“Masa tanggap darurat diperpanjang hingga 14 hari ke depan. Kami pastikan mereka [warga Tagulandang] dilarang meninggalkan posko pengungsian untuk pulang ke rumahnya selama masa tanggap darurat, atau sampai kondisi benar-benar kembali normal,” kata Abdul di Jakarta, Selasa.
Tim BNPB mencatat lebih 3.600 rumah warga rusak akibat letusan Gunung Ruang pada 17 April lalu. Lontaran material vulkanik itu juga merusak dua gereja dan sekolah di Pulau Ruang.
“Itu [pada letusan] sebelumnya. Pada erupsi kedua, guncangan, dan jangkauan material vulkaniknya lebih luas, yakni mencapai radius tujuh kilometer sehingga dikhawatirkan dampaknya [kerusakannya] bisa lebih besar,” kata Abdul. Namun, dia memastikan tidak ada korban jiwa maupun luka akibat letusan Gunung Ruang.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro Heo Umbas, mengatakan mereka mengerahkan empat kendaraan untuk membawa pengungsi dari Kelurahan Balehumara, Kecamatan Tagulandang. Mereka diangkut menuju Pelabuhan Minanga untuk diseberangkan ke Siau, ibu kota Kepulauan Sitaro.
“Kendaraannya dari BPBD, Dinas Sosial, dan TNI. Kami masih kekurangan kendaraan untuk mengevakuasi warga ke pelabuhan sehingga harus bolak balik ke lokasi,” kata Heo.
Penjabat Bupati Kepulauan Sitaro Joi Oroh mengatakan mereka memperpanjang masa tanggap darurat untuk memastikan ketersediaan sumber daya dalam menghadapi ancaman letusan Gunung Ruang. Menurutnya, keputusan tersebut merupakan bentuk proaktif pemerintah daerah.
“Keputusan ini sebagai respons terhadap peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Ruang Langkah itu untuk menjaga keselamatan dan keamanan seluruh masyarakat di sekitar zona bahaya,” kata Joi.
Hujan abu di Gorontalo
Letusan Gunung Ruang juga berdampak hingga ke Gorontalo sehingga membuat langit menjadi mendung karena diselimuti kabut pekat. Kondisi itu terutama terjadi di Kwandang, ibu kota Kabupaten Gorontalo Utara.
Hujan abu mulai turun sekitar pukul 14.00 WITA di daerah yang berbatasan dengan Sulawesi Utara tersebut. Sebagian warga pun membersihkan teras rumah maupun kendaraan mereka dari serpihan hujan abu.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Gorontalo Sayid Mahadir mengatakan berdasarkan data citra Satelit Himawari, sebaran abu Gunung Ruang sudah memasuki wilayah Gorontalo. Kondisi tersebut juga diperkuat dengan hasil pengujian mereka.
“Kondisi tersebut [sebaran abu vulkanik] ditandai dengan poligon kuning [pada citra satelit], ditambah dengan hasil paper test yang juga telah dilakukan. Material abu vulkaniknya sangat terlihat dan cukup tebal,” kata Sayid di Gorontalo.
Hujan abu dari letusan Gunung Ruang juga melumpuhkan aktivitas penerbangan di Gorontalo. Bandara Djalaluddin ditutup hingga Rabu siang demi keselamatan penerbangan.
Manajer Garuda Gorontalo Eventus Paskolo mengatakan pihak maskapai memaklumi penutupan bandara tersebut. Mereka akan menjadwal ulang seluruh penerbangan dari dan ke Gorontalo.
“Kami mengikuti arahan saja [keputusan otoritas bandara]. Apakah bandara ini bisa diterbangi atau tidak,” kata Eventus.
Sehubungan dampak letusan Gunung Ruang, Sekretaris Daerah Gorontalo Sofian Ibrahim mengimbau warga tetap tenang, tetapi selalu waspada. Dia memastikan pemerintah provinsi bersama kabupaten/kota terus memantau situasi terkini dan melakukan beberapa langkah pencegahan dini untuk meminimalkan dampak hujan abu di Gorontalo.
“Mulai malam ini [Selasa] BPBD, PMI, dan Dinas Kesehatan mendistribusikan masker [ke masyarakat] sebagai pencegahan [dampak abu vulkanik terhadap kesehatan]. Kami [juga] akan pantau terus situasinya [dampak letusan Gunung Ruang terhadap Gorontalo],” kata Sofian. (*)
Discussion about this post