Jayapura, Jubi – Dinas Kesehatan Provinsi Papua menyatakan hingga kini terdapat 18.892 pasien kasus aktif HIV/AIDS, dan yang menjalani pengobatan Antiretroviral atau ARV berjumlah 4.192 pasien.
Hal itu disampaikan Kepala Seksi HIV/AIDS Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr Rindang Pribadi Marahaba di Kota Jayapura, Papua, pada Jumat (14/2/2025). “Yang rutin ambil obat ARV 4.192 pasien,” katanya.
Rindang mengatakan pasien yang menjalani pengobatan ARV tersebar di Kota Jayapura (1.741 orang), Kabupaten Jayapura (1.189 orang), Kabupaten Biak Numfor (470 orang), Kabupaten Kepulauan Yapen (462 orang). Pasien yang menjalani pengobatan ARV juga berada di Kabupaten Keerom (97 orang), Kabupaten Waropen (71 orang), Kabupaten Supiori (71 orang), Kabupaten Sarmi (63 orang), dan Kabupaten Mamberamo Raya (28 orang).

Rindang menyebutkan setidaknya sudah 144 pelayanan ARV yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Papua. Selain itu, ada 59 layanan tes HIV. “Layanan pengobatan sudah sampai ke Puskesmas,” ujarnya.
Namun menurutnya sedikit ODHA yang mau menjalani pengobatan ARV karena masalah stigma yang diterima ODHA. Selain itu, banyak ODHA tidak bisa menjalani pengobatan ARV karena terkendala akses dan biaya transportasi menuju tempat pengobatan ARV.
“[Pengobatan] ARV harus seumur hidup. Kalau misalnya putus pengobatan, tetap minum obat yang sama tapi tetap dikaji lagi. Biasanya dikaji enam bulan. Kalua enam bulan diperiksa jumlah virus tidak terdeteksi obat itu lanjut. Tapi [jika] virusnya banyak berarti diganti salah satu obat. ARV ada tiga macam obat dalam satu tablet. Minum satu tablet tapi di dalam itu tiga macam obat,” katanya.
Kota Jayapura tertinggi

Plt Kepala Dinkes Provinsi Papua, dr Arry Potingku MHM mengatakan penderita HIV/AIDS tertinggi di Papua terdapat di Kota Jayapura. Menurut Potingku tingginya kasus HIV/AIDS disebabkan beberapa faktor diantaranya hubungan seks bebas.
“Hubungan seks bebas menjadi peran utama dalam penyebaran HIV/AIDS. [Dan] Kota Jayapura penderita HIV/AIDS tertinggi di Papua,” kata Potingku pekan lalu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua sejak tahun 1993 hingga akhir 2024 terdapat 18.892 pasien di Provinsi Papua yang aktif menderita HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS terbanyak di Kota Jayapura (8.487 orang), disusul Kabupaten Jayapura (4.746 orang), Kabupaten Biak Numfor (2.957 orang), Kabupaten Kepulauan Yapen (1.599 orang).
Kasus HIV/AIDS juga terdapat di Kabupaten Keerom (434 orang), Kabupaten Supiori (247 orang), Kabupaten Waropen (194 orang), Kabupaten Sarmi (166 orang), dan kasus HIV/AIDS paling sedikit di Kabupaten Mamberamo Raya (62 orang).
Arry Potingku meminta dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan skrining HIV/AIDS. Ia mengatakan saat pemeriksaan kesehatan gratis sekalian ditawarkan pemeriksaan HIV.
“Banyak yang belum dideteksi,” ujarnya.
Di dominasi OAP
Penanggung Jawab HIV/AIDS Puskesmas Abepantai, Ruth Kristina Wabiser Amd Kep mengatakan ada 75 pasien HIV/AIDS menjalani pengobatan Antiretroviral atau ARV di Puskesmas Abepantai. Menurutnya pasien HIV/AIDS yang menjalani pengobatan itu tersebar di Kampung Enggros, Kampung Nafri, Kampung Koya Koso dan Kelurahan Abepantai.
“Pasien ODHA yang dilayani 75 pasien. Mereka yang pasien dalam pengobatan ARV. Mereka aktif jalani pengobatan ARV. Ini kasus 2011 hingga saat ini,” kata Wabiser kepada Jubi, pada Kamis (13/2/2025).
Wabiser mengatakan pasien HIV/AIDS banyak didominasi orang asli Papua yaitu 54 pasien. Semantara non orang asli Papua terdapat 21 pasien HIV/AIDS. Pasien HIV/AIDS mulai dari balita berumur 2 tahun hingga 57 tahun.

“Dari umur 2 tahun sampai 57 tahun. Pasien OAP paling banyak,” ujarnya.
Wabiser juga mengatakan ada pasien HIV/AIDS yang mendapatkan penolakan dari keluarganya. Ia mengatakan pasien yang ditolak keluarga akan tinggal di Hospice Surya Kasih.
“Masih ada stigma dan penolakan dari keluarga. Kalau mereka mengalami penolakan kita biasa taruh di Hospis Surya Kasih, sampai pemulihan kondisi baik baru keluarga bisa menerima. Itu yang selama ini kita dapati. Di hosipis ada satu pasien [dari Puskesmas Abepantai] sudah hampir tiga bulan,” ujarnya.
Penanggung Jawab HIV/AIDS Puskesmas Abepura, Iin Siti Rubiah SKep Ners mengatakan per Januari 2025 pihaknya melayani pengobatan ARV bagi 108 pasien. Pasien yang berobat berumur 20 tahun hingga 62 tahun.
Siti mengatakan pasien HIV/AIDS juga didominasi orang asli Papua. Menurutnya pasien ODHA tersebar di Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Awiyo, Kelurahan Yobe, dan Kelurahan Asano.
“Paling banyak OAP. Ada yang rutin, ada yang tidak. [Tapi] kita selalu kasih [stok] obat lebih bagi pasien yang keluar daerah [untuk] kerja, ada yang kerja sampai di Sarmi,” kata Siti, pada Kamis (13/2/2025).
Kepala Seksi HIV/AIDS Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr Rindang Pribadi Marahaba meminta para penderita HIV/AIDS untuk secara rutin menjalani pengobatan Antiretroviral atau ARV. Pengobatan ARV penting untuk mengurangi risiko penularan HIV dan menghambat perburukan infeksi oportunistik.
Rindang juga meminta agar keluarga memberikan dukungan bagi keluarganya yang sedang menjalani pengobatan ARV. Menurut Rindang dukungan dari masyarakat diperlukan dan secara khusus bagi pasien ODHA.
“Diharapkan bagi bapak/ibu sudah tahu status HIV/AIDS untuk segera kembali layanan untuk mendapatkan ARV. Yang minum ARV harus rutin setiap hari. Bagi keluarga, masyarakat tetap mensupport keluarga yang terinfeksi HIV/AIDS. Supaya mereka minum obat secara teratur,” ujarnya. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!