Sentani, Jubi – Masyarakat di Kabupaten Jayapura khususnya yang saat ini mendiami kaki Pegunungan Cycloop, kawasan Kemiri, Sosial, Gunung Merah, hingga ke Toladan, serta sebagian besar yang tinggal di wilayah Kelurahan Hinekombe, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, tidak akan pernah melupakan peristiwa banjir bandang pada 16 Maret 2019 lalu.
Jhon Monim salah satu warga Kemiri mengatakan peristiwa 16 Maret 2019 lalu sebagai pengingat, bahwa Tuhan masih menginginkan mereka hidup dan terlepas dari bencana yang sudah merenggut banyak harta dan jiwa manusia di daerah ini.
“Kami sekeluarga hampir terseret arus banjir pada saat itu. Karena sebagian bangunan rumah kami hilang terseret arus,” katanya, di Sentani, Jumat (16/6/2023).
Satu tahun pascabencana, kata Monim, mereka tinggal dalam trauma. “Bencana itu memang sebagai pengingat bagi kita semua, bahwa alam di sekitar kita perlu dijaga dengan baik,” jelasnya.
Sebanyak 105 orang tewas dan 4.000 orang mengungsi saat banjir bandang menerjang Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, pada Sabtu malam. Selain itu, 350 rumah rusak berat, 211 rumah terendam, 3 jembatan rusak berat, dan 8 drainase rusak. Ruas (http://rusak.ruas/) jalan penghubung Sentani-Jayapura juga tergenang air.
Frits Maurits Felle salah satu tokoh masyarakat di Sentani mengatakan, banjir bandang terjadi karena debit air yang kencang turun dari gunung, sekejap mata saja semua hancur lebur dan porak poranda.
“Pagi subuh sekitar pukul lima, jalan raya di depan rumah kami ini sudah berubah menjadi tumpukan pasir dan kayu gelondongan yang tertumpuk. Dan itu terjadi juga di jalan raya Sentani hingga Kemiri,” katanya.
Menurutnya, wilayah kota sebagai daratan hingga ke Danau Sentani sama-sama terdampak, dan akibat banjir bandang tersebut Danau Sentani juga meluap. Semua kampung di pesisir danau rumah-rumahnya ikut terendam.
“Sudah memasuki tahun keempat, tetapi peristiwa banjir bandang ini selalu teringat dan menjadikan kita untuk selalu mawas diri. Oleh sebab itu, kita juga perlu menjaga alam kita agar tetap asri dan nyaman supaya bencana serupa tidak terjadi lagi,” ujarnya.
Penjabat (Pj) Bupati Jayapura Triwarno Purnomo menjelaskan bahwa pihaknya sudah mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di pinggiran kaki Pegunungan Cycloop, agar tidak melakukan perambahan dan penebangan pohon serta pembukaan lahan untuk berkebun.
“Yang dengan sengaja melakukan perambahan di Kawasan Cagar Alam Cycloop, sudah tidak ada kompromi lagi. Kita jerat dengan aturan hukum yang berlaku,” tegasnya. (*)