Sentani, Jubi โ Sejumlah korban banjir bandang Sentani di Kabupaten Jayapura merasa kecewa terhadap rumah bantuan untuk mereka. Para korban banjir bandang Sentani itu menilai bangunan rumah bantuan bagi mereka tidak dikerjakan secara tuntas.
Bencana banjir bandang Sentani terjadi pada 16 Maret 2019. Bencana itu menghancurkan banyak permukiman warga, sehingga Badan Nasional Penanggulangan Bencana memberikan bantuan perbaikan rumah para korban.
Dari pantauan Jubi pada Minggu (10/4/2022), bangunan sejumlah rumah bantuan baru berupa atap berbahan seng dan tiang, berlantai tanah, dan tanpa dinding. Jenis maupun ukuran kayu yang digunakan untuk membangun rumah itu juga dinilai tidak layak.
Salah satu warga penerima bantuan rumah, Jhoni Tabuni menilai bangunan rumah yang diterimanya tidak tuntas dikerjakan. “Rumah itu kenapa hanya dikerjakan sebagian saja? Hanya berdiri tiang dan tutup seng saja, begitu kah? Cobah begitu kasih tahu pekerjaan itu sepeti apa, biar saya juga tahu,” kata Tabuni saat ditemui Jubi pada Senin (11/4/2022).
Tabuni merasa bingung dengan kondisi rumah bantuan untuknya itu. โKalau begini, saya juga bingung. [Apakah sekarang] saya tunggu kontraktor yang kerja [sampai selesai], atau saya [sendiri] yang cari bahan baru kerjakan [pekerjaan yang tersisa?],” ujarnya.
Warga lainnya, Jufri Kiwo juga mengaku kaget dengan kondisi rumah bantuan untuknya. “[Rumah] kami ini sudah dikerjakan dari awal tahun, tapi belum jadi juga. Sebenarnya nanti dikerjakan atau tidak? Saya juga tidak tahu,” ujarnya
Kiwo berharap kontraktor yang mengerjakan rumah bantuan korban banjir bandang Sentani bersikap terbuka. “Kalau begini, kami yang korban tambah jadi korban lagi. ย Ukuran rumah untuk korban itu [berapa?] Apakah 36 [meter persegi], atau 34 [meter persegi?] Kenapa kami punya beda dengan yang lain? Bahan yang digunakan juga lain. Rumah lain pakai kayu besi, rumah kami [pakai] kayu putih. Ini maksudnya apa?” tanya Kiwo. (*)
Discussion about this post