Merauke, Jubi – Ribuan warga di kawasan Salor, tepatnya Kampung Telaga Sari dan Kampung Sumber Rejeki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan mengungsi akibat banjir sejak sepekan terakhir. Air setinggi satu meter menggenangi ratusan rumah dan sawah milik warga di sana.
Informasi yang dihimpun Jubi, intensitas hujan yang cukup tinggi dalam sebulan terakhir menyebabkan air Kali Kumbe meluap. Kondisi ini mengakibatkan ratusan rumah warga dan lahan pertanian di wilayah Distrik Kurik terendam air.
Akibatnya warga mengungsi ke Kampung Salor Indah, kampung tetangga yang tidak terdampak banjir. Ratusan orang ditampung di gedung serbaguna. Sementara warga lainnya menumpang di rumah-rumah kerabat mereka di sana.
Kepala Kampung Telaga Sari, Riyanto kepada Jubi, Rabu (15/5/2024), menyebut ada 468 kepala keluarga dan 1.560 penduduk di Telaga Sari. Air yang menggenangi rumah-rumah di sana, menyebabkan 80 persen warga mengungsi ke kampung tetangga. Selain itu, 950 hektar sawah juga terendam air.
“Warga kami mengungsi ke Salor Indah. Mereka ditampung di gedung serbaguna yang menjadi pos pengungsian di sana. Ada juga yang menumpang dengan keluarga di sana. Beruntungnya padi musim tanam pertama sudah dipanen, itu sekitar 80 persen yang dipanen. Hanya untuk tanam kedua warga tidak bisa menanam,” kata Riyanto.
“Fasilitas publik seperti sekolah, kantor kantor pemerintahan kampung, tempat-tempat ibadah ada lengkap, tapi semua diliburkan karena terdampak banjir. Wilayah yang terdampak banjir sudah 100 persen di sini. Penyakit yang dialami itu keluhan gatal-gatal dan demam,” sambungnya.
Sementara Kepala Kampung Sumber Rejeki, Bambang mengatakan terdapat 48 kepala keluarga yang terdampak banjir di Telaga Sari. Ada beberapa keluarga yang mau dievakuasi atau diungsikan ke balai kampung di sana, sisanya memilih bertahan di rumah mereka. Di pos pengungsian itu, pemerintah kampung menyediakan dapur umum dan sejumlah fasilitas.
“Di sini ada 203 KK, dengan jiwa sekitar 500 orang. Yang terdampak banjir ada 48 KK. Empat hari terakhir tidak turun hujan, tapi debit air terus naik setiap harinya. Kami coba memantau air di sejumlah titik secara manual, dan rata-rata air naik sekitar 3-4 centimeter per harinya,” kata Bambang.
Terkait pertanian di sana, Bambang mengatakan bahwa warganya hanya bisa memanen sekitar 30 persen dari musim rendengan atau musim tanam pertama. Sementara untuk musim tanam kedua tahun ini, hanya sekitar 30 persen lahan yang bisa digarap, karena sebagian besar lahan pertanian sudah terendam.
“Sekitar 70 persen lahan yang tidak bisa dipanen dan digarap kembali, karena sudah terendam air. Kami bersyukur ada bantuan dari pemerintah daerah baik itu dari kabupaten maupun provinsi serta instansi-instansi terkait,” tutupnya.
Kepala Distrik Kurik, Mariana Belekubun menyebut ada empat kampung yang dilanda banjir, yakni Sumber Mulia, Telaga Sari dan Wapeko. Kampung yang terdampak sangat parah adalah Telaga Sari, dan 1.500 jiwa di sana telah mengungsi ke wilayah yang aman.
“Ada 13 kampung di Distrik Kurik. Yang dilanda banjir yaitu Kampung. Sumber Mulia yang sekarang sudah mulai surut airnya. Terus yang terdampak parah itu Telaga Sari, Sumber Rejeki, dan Wapeko yang airnya baru naik. Di Sumber Rejeki sekitar 40 an keluarga yang terdampak, di Wapeko sekitar 10 keluarga,” katanya.
Mariana Belekubun mengatakan banjir di wilayah Kurik itu disebabkan air Kali Kumbe yang meluap. Beberapa hari terakhir tidak turun hujan di wilayah distrik itu, hanya saja diperkirakan hujan di daerah hulu menyebabkan air sungai meluap dan terjadinya banjir.
Salah satu warga Telaga Sari, Junaedi mengkritisi alih fungsi lahan di wilayah Kabupaten Merauke. Pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan dan industri diduga menjadi penyebab utama banjir di sejumlah wilayah di sana. Pemerintah diminta untuk mengkaji ulang investasi perkebunan di kabupaten itu, termasuk soal analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
“Banjir di wilayah kami ini karena air kiriman dari atas (hulu yang sebagian besar merupakan area perusahaan perkebunan). Akibat pembukaan lahan besar-besaran itu mengakibatkan kami yang terdampak banjir,” ujar Junaedi.
“Jadi pemerintah kalau ada investor yang mau masuk beroperasi tolong diperhatikan Amdal dan lain-lain sebagainya. Itu tolong dikaji ulang. Karena hutan kita nantinya akan semakin gundul, kita juga akan semakin tenggelam,” tutupnya.(*)