Sentani, Jubi – Pemalangan Puskesmas Komba berdampak terhadap kinerja Puskesmas Sentani di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, dalam menangani kasus Tuberkulosis. Limpahan pasien dari Puskesmas Komba membuat Puskesmas Sentani kesulitan memenuhi target nasional dalam penanganan kasus Tuberkulosis.
Hal itu disampaikan Kepala Puskesmas Sentani, dr Raymond Ekman Simamora di Sentani pada Jumat (5/1/2023). Ia menjelaskan target penemuan kasus baru Tuberkulosis (Tb) dan pasien yang terinfeksi bakteri tahan asam (BTA) dari populasi warga yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sentani sebenarnya telah memenuhi target.
Akan tetapi, jika pemenuhan target itu dihitung dari populasi total jumlah pasien Tb dan BTA yang ditangani Puskesmas Sentani, prosentase penemuan kasus baru Tb dan BTA itu dibawah target nasional. Pasalnya, Puskesmas Sentani menerima limpahan banyak pasien dari luar wilayah kerjanya.
“Target yang seharusnya kami capai pada tahun 2023 adalah 90 persen. [Jika dihitung dari populasi total pasien yang kami tangani] kami sudah mencapai 84,6 persen. Sebenarnya [jika pemenuhan target dihitung dari populasi] wilayah kerja [kami yang] terdiri dari Sentani Kota, Hinekombe, Sereh, dan Yoke, [kami] bisa mencapai target,” ujar Raymond.
Menurut Raymond, saat ini Puskesmas Sentani juga menangani kasus TB dan BTA dari wilayah kerja Puskesmas Komba yang saat ini ditutup karena karena puskesmas itu dipalang masyarakat adat. Selain itu, Puskesmas Sentani juga melayani pasien Tb dan BTA rujukan dari kabupaten lain.
“Kan ada pemalangan di Puskesmas Komba, sehingga semua pasien lari ke sini. Juga banyak pasien luar Kabupaten Jayapura, terutama dari wilayah pegunungan” katanya.
Prihatin Golda Amp selaku penanggungjawab Program Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sentani mengatakan dalam tahun 2023 pihaknya telah melakukan pelayanan maksimal dalam menemukan kasus baru Tb dan BTA. Pihaknya juga melakukan pelayanan dan mengukur angka keberhasilan pengobatan Ro, cakupan penemuan Tb pada anak, maupun pemberian terapi pencegahan Tb (Tpt) pada kontak serumah.
“Kami ada 4 orang tenaga Program Tuberkulosis Paru Puskesmas Sentani. Ketika pasien diperiksa dan sudah dinyatakan positif Tb, maka kami memberikan obat program terhadap pasien tersebut untuk diminum selama seminggu. Setelah dia kembali, kami tanyakan efek samping dari obat itu. Jika ada [efek samping], maka kami konsultasi ke dokter untuk diberikan porsinya,” ujarnya.
Golda mengatakan jumlah pasien Tb dan BTA yang ditangani Puskesmas Sentani pada 2023 mencapai 414 pasien. Pengobatan itu dilakukan dalam empat klaster, yaitu kasus BTA positif, kasus BTA negatif, Tb anak, dan Tb ekstra paru.
”Tahun 2023 itu lumayan banyak, ada 114 pasien. Untuk [klaster] BTA rontgen positif, target nasional 100 persen, tapi yang kami capai ada 80 persen. Itu sudah lumayan bagus,” katanya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!