Sentani, Jubi – Puskesmas Waibu di Kabupaten Jayapura, Papua, menerapkan 10 indikator nasional penanggulangan Tuberkulosis di wilayah kerjanya. Hasilnya, Puskesmas Waibu mampu menemukan lebih banyak pasien Tuberkulosis baru, sekaligus meningkatkan efektifitas penanganan pasien Tuberkulosis.
Hal itu dikatakan Lenny Lea Pangkali Amd Kep selaku penganggungjawab Program Tuberkulosis Paru di Puskesmas Waibu, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, pada Kamis (14/12/2-023). Pangkali menyatakan kini pihaknya bisa memilah angka penemuan pasien baru Tuberkulosis (TB) dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) positif, sehingga penanganan dan pengobatan pasien menjadi lebih efektif.
Penerapan 10 indikator nasional itu juga memilah berbagai kondisi pasien TB Papua. “Ada 10 indikator nasional yang kami berupaya memaksimalkan [penerapannya], yaitu angka penjaringan suspek, proporsi pasien TB Paru BTA positif, angka nofikasi kasus [atau CNR], status [pasien TB Paru disertai infeksi] HIV, angka keberhasilan pengobatan, [pasien] TB dengan resistensi obat atau MDR, kasus TB anak, konvensi, dan tingkat kesembuhan,” katanya.
Pangkali menyatakan penerapan indikator nasional penanggulan TB membuat Puskesmas Waibu mampu melaksanakan Surveilans Berbasis Indikator. Hasilnya, ada lebih banyak pasien TB baru.
Sejak Januari – 14 Desember 2023, Puskesmas Waibu telah menemukan 184 pasien TB paru. Jumlah itu lebih tinggi dari temuan pasien TB tahun 2022, yang mencapai 170 pasien.
“Kebetulan kami punya satu tenaga ahli sehingga dapat menerjemahkan 10 indikator itu. Dinas Kesehatan menargetkan setiap puskesmas harus menemukan 79 penderita pasien TB Paru baru. Kami sudah melewati target itu, menemukan 184 pasien,” ujarnya.
Pangkali berharap warga Distrik Waibu jeli mengenali gejala TB Paru. Warga diharapkan memeriksakan diri jika mengalami batuk berdahak lebih dari dua minggu yang disertai penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, demam, serta banyak berkeringat pada malam hari.
“Harapan saya, penanganan pasien di sini lebih baik lagi dari tahun ini. Untuk tong pu masyarakat, mari kita sama-sama jaga kesehatan, biar tidak saling menular dan menyebar. Kalau ada gejala-gejala batuk keras yang lama, pusing, segara datang periksa di sini” katanya.
Noviana Rombe Amd Kep, perawat pasien TB di Puskesmas Waibu mengatakan pihaknya telah memiliki fasilitas yang memadai untuk menangani pasien TB. Akan tetapi, tantangan utama penanganan TB adalah banyaknya pasien yang tidak disiplin mengonsumsi obat yang harus diminum secara teratur selama masa pengobatan. Ia menyatakan petugas kesehatan Puskesmas Waibu harus turun mendatangi rumah pasien TB untuk memastikan mereka rutin meminum obat.
“Pasien yang kami tangani kebanyakan tidak konsisten ikuti program pengobatan TB paru. Jadi kami yang kadang turun sampai ke rumah pasien tersebut untuk memberikan obat dan edukasi, penguatan, pemahaman, dan sebagainya” katanya. (*)