Jayapura, Jubi – Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Provinsi Papua, Ni Nyoman Sri Antari, mengatakan persediaan obat malaria khusus untuk injeksi habis, baik di Puskesmas dan rumah sakit.
“Hanya beberapa apotik yang menyediakan. Jadi, akhirnya kami beralih ke obat kina,” ujar Antari di Kantor Wali Kota Jayapura, Jumat (22/7/2022).
Dikatakan Antari, ketersediaan obat malaria jenis injeksi sangat penting terutama menangani pasien kronis yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
“Kalau tablet masih tersedia. Kami masih menunggu karena dari provinsi yang tangani obat. Informasinya didatangkan dari Cina dan India sebanyak 36 ribu produk obat malaria,” ujar Antari.
Antari berharap ketersediaan obat malaria, sehingga pasien malaria dapat dilakukan penanganan secara maksimal agar secepatnya sembuh.
Dikatakan, hal ini tidak menganggu pelayanan Puskesmas dan rumah sakit, karena masih bisa ditangani dengan obat kina.
Pihaknya terus mendorong masyarakat untuk melakukan pencegahan, seperti membasmi jentik nyamuk di depan rumah, menanam pohon sereh, memakai kelambu, dan menjaga kebersihan lingkungan.
“Dalam sehari kita bisa menangani 25-30 kasus malaria. Kami terus berupaya menekan angka Malaria ini, sehingga masyarakat bisa hidup sehat dan beraktivitas dengan aman dan nyaman,” ujar Antari.
Kasus malaria di Kota Jayapura, Provinsi Papua, masih cukup tinggi.
Dinas Kesehatan Kota Jayapura mencatat di semester 1 tahun 2022 sebanyak 15 ribu kasus.
“Tahun lalu ada 30 ribu kasus. Jadi kasusnya masih tinggi,” ungkap Antari.
Dikatakannya, tinginya kasus kasus malaria yang ditularkan oleh nyamuk disebabkan banyaknya tempat perindukan nyamuk (endemis tinggi).
“Wilayah Distrik Muara Tami yang kasusnya cukup tinggi, karena plasmodiumnya masih cukup tinggi. Artinya, banyak orang yang terinfeksi malaria belum terdeteksi dan terus menularkan kepada orang lain,” ujar Antari.
Dijelaskannya, malaria adalah penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Anopheles betina, yang dapat menularkan parasit Plasmodium.
“Proteksi terus kami lakukan, seperti fogging, pembagian kelambu, penanaman obat pencegah nyamuk [lavender dan sereh],” ujar Antari.
Antari berharap kerja sama dan kesadaran dari semua pihak, terutama orang yang sudah sembuh dari malaria agar melakukan pencegahan, seperti memaki kelambu agar tidak kembali sakit malaria.
“Semua orang berhak bertanggung jawab untuk menjaga kesehatannya sehingga tidak mudah sakit dan tidak menukarkan malaria kepada orang lain, sehingga aktivitas tidak terhambat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Antari. (*)
(*)
Discussion about this post