Jayapura, Jubi – Guru Besar Biomedik Politeknik Kesehatan Jayapura, Prof Dr Yohanna Sorontou MKes menyarankan rumah sakit dan puskesmas dapat menggunakan lagi klorokuin sebagai obat bagi pasien malaria. Saran itu diberikan karena pasokan obat Artesunat – Amodiakuin di Papua tersendat, membuat obat itu menjadi langka di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan sejumlah wilayah lainnya.
Hal itu disampaikan Sorontou sebagai pembicara dalam diskusi publik “Papua Dalam Ancaman Malaria di Tengah Krisis Obat Artesunat” yang diselenggarakan secara daring oleh Analisis Papua Strategis pada Kamis (21/7/2022). Sorontou menyatakan klorokuin bisa menggantikan Artesunat – Amodiakuin yang saat ini sulit ditemukan di Papua.
Sorontou menjelaskan obat klorokuin pernah digunakan bagi pengobatan pasien malaria di Papua hingga 2005, sebelum akhirnya digantikan oleh Artesunat – Amodiakuin. Sorontou menyatakan klorokuin diganti dengan Artesunat – Amodiakuin, karena parasit malaria di Papua pada saat itu terlanjur kebal terhadap obat klorokuin.
Sorontou mengatakan sejak saat itu klorokuin ditarik dari peredaran, diendapkan atau tidak dipakai dulu untuk menangani pasien di Papua. Dengan penghentikan pemakaian klorokuin selama 15 tahun, diperkirakan parasit malaria di Papua sudah kehilangan kekebalan terhadap klorokuin.
Sorontou menyatakan sudah saatnya klorokuin kembali digunakan untuk mengobati pasien di Papua. Ia menyatakan penelitian di Malawi menunjukkan pasien malaria sembuh setelah minum klorokuin.
“Supaya kita jangan sampai bertahan dengan Artesunat – Amodiakuin yang lagi tidak ada [di pasaran]. Klorokuin dari 2005 sampai dengan sekarang ini tidak diberikan, saya pikir itu sudah bisa diaktifkan kembali,” ujarnya.
Sorontou menyatakan standar pengendapan obat seperti klorokuin membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk menghilangkan kekebalan parasit terhadap obat itu. Karena klorokuin sudah tidak digunakan sekitar 15 tahun terakhir, Sorontou yakin kemanjuran klorokuin telah kembali.
“Sekarang ini kalau Artesunat – Amodiakuin tidak bisa jalan [karena pasokannya tidak ada], kita bisa kembali coba klorokuin. Kalau klorokuin bisa jalan [dan menyembuhkan pasien], kenapa kita bingung? Kenapa harus tunggu Artesunat – Amodiakuin,” katanya. (*)
Discussion about this post