Manokwari, Jubi – Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT pada Sabtu (16/4/2022) turut serta dalam proses rekontruksi kecelakaan truk yang menewaskan 18 pekerja asal Nusa Tenggara Timur di Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Rekonstruksi itu menyimpulkan dugaan bahwa sopir truk sengaja menabrakkan truk ke dinding untuk mencegah truk jatuh ke dalam jurang.
Kecelakaan tunggal truk yang mengangkut 34 orang yang diduga pekerja tambang emas ilegal itu terjadi Tanjakan Panjang Kilometer 10, Distrik Minyambouw pada Rabu (13/4/2022). Tim Direktorat Lalu Lintas Polda Papua Barat, Satuan Lalu Lintas Polres Manokwari, KNKT, dan Dinas Perhubungan melakukan rekontruksi kecelakaan itu pada Sabtu.
Dalam rekonstruksi itu, KNKT menurunkan dua orang Investigator Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu Desy Setiawati dan Zulfikar Sjarief. Keduanya menganalisa dan mengukur lokasi kecelakaan tersebut, yang berupa jalanan berbukit sepanjang 7 kilometer dengan perbedaan ketinggian hingga 750 meter.
Kepala Subkom Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (IKLLAJ) KNKT, Wildan menyatakan lokasi kecelakaang truk itu merupakan turunan ekstrem dari jalanan berbukit itu. Kecelakaan terjadi saat truk itu menuruni turunan terjal itu.
“Di titik itu, [tepat di lokasi truk mengalami kecelakaan adalah turunan] paling ekstrim, pas slop berat sekitar 48 persen, kemudian terjadi pada jarak 1 kilometer, [dan] perbedaan tingginya 175 meter” kata Wildan.
Pada saat kecelakaan terjadi, truk naas itu mengangkut 34 orang yang diduga merupakan pekerja tambang ilagal di Distrik Minyambouw. Selain itu, truk itu juga membawa muatan berupa balok kayu, papan kayu, berbagai ukuran batang besi, dan satu sepeda motor. Muatan truk itu disimpulkan terlalu berlebih untuk diangkut dengan kondisi jalan yang berbukit.
Wildan menjelaskan ketika sebuah kendaraan ada di atas dan mau menuruni turunan terjal, gaya yang menggerakkan truk itu bukan mesin, tetapi gaya gravitasi bumi. “Rumusnya adalah [rumus] energi potensial, [dipengaruhi oleh] massa, gaya gravitasi bumi, [dan] ketinggian,” ucapnya
Dia menyebut, semakin tinggi tempat, semakin berat massa, maka semakin besar daya dorongnya . “Energi kinetik itu berbanding lurus dengan massanya, berbanding lurus dengan kecepatannya” ungkap Wildan.
Wildan menyatakan teknik mengemudi di turunan yang curam adalah pengemudi memakai gigi rendah untuk menggunakan daya mesin untuk membantu pengereman dan menjaga laju kendaraan tetap pelan. “Makanya jangan berlebih. Pengemudi itu harus tahu kalau dia [dari] atas mau turun ke bawah, dia jangan muat berlebihan, dan [harus mengemudi] menggunakan gigi rendah” tuturnya.
Rekonstruksi menyimpulkan bahwa pengemudi sempat melakukan pengereman kendaraan, ditandai dengan salah satu roda truk yang memiliki jejak terbakar karena gesekan hebat. Diduga, daya dorong truk itu melampaui kapasitas pengeremannya, sehingga akhirnya rem truk itu gagal berfungsi atau blong.
Wildan menjelaskan jika kendaraan yang menuruni turunan terjal melaju terlalu kencang, energi potensial dan energi kinetik akan menciptakan energi panas. Jika energi yang tercipta itu melebihi kemampuan pengereman kenderaan, rem bisa gagal berfungsi atau rem blong. “Energi panas ini adanya di roda. Itu yang menyebabkan rem blong tadi. Jadi [hal itu] perlu diwaspadai para pengemudi di sini” imbaunya.
Kondisi rem blong itulah yang diduga membuat sopir truk naas tersebut mencoba membanting stir ke arah tebing. Hal itu diduga dilakukan untuk mencegah truk terus melaju tak terkendali dan terjun ke jurang yang dekat dengan lokasi kecelakaan tersebut. Truk itu akhirnya terhenti, namun 18 penumpangnya meninggal dunia.
Rekomendasi KNKT
KNKT mencatat bahwa jalan berbukit di Minyambouw itu belum dilengkapi rambu-rambu lalu lintas. Selain itu, badan jalan juga tidak dilengkapi pagar pengaman. Padahal, badan jalan itu berada di antara tebing dan jurang.
“Kami akan membuat rekomendasi agar dipasang papan peringatan di kawasan tersebut, agar pengemudi menggunakan gigi rendah. Artinya di depan sana ada turunan panjang, maka pengendara harus menggunakan gigi rendah” tuturnya.
Wildan menyatakan pihaknya juga merekomendasikan pembangunan tempat istirahat atau rest area di lokasi tersebut, karena beratnya turunan/tanjakan di jalan itu membuat ban berisiko panas. “Kami juga membuat rekomendasi agar dibuat kolom jebakan jalur penyelamat tepat di [lokasi kecelakaan itu], tujuannya ketika rem blong setidaknya orang bisa memasuki kolom jebakan tersebut. Kami juga merekomendasikan pembuatan pagar pengaman jalan di area tanjakan itu,” ujarnya.
Direktur Lalu Lintas Polda Papua Barat, Kombes Raydian Kakrosono menyatakan akan mengumpulkan Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Papua Barat dan Kabupaten Manokwari, untuk bersama-sama mengevaluasi kecelakaan truk pada Rabu itu. “Saya akan kumpulkan Forum LLAJ, untuk melakukan evaluasi pasca kecelakaan tunggal kemarin. Rencana [kami akan bertemu] pekan depan,” kata Raydian. (*)
Discussion about this post