Jayapura, Jubi – Legislator Papua, Laurenzus Kadepa meminta institusi TNI menindak tegas prajuritnya yang diduga menganiaya tiga anak berumur belasan tahun di Kabupaten Keerom, 27 Oktober 2022.
Permintaan itu disampaikan anggota komisi bidang pemerintahan, politik, hukum dan HAM DPR Papua itu, saat menghubungi Jubi, Sabtu (29/10/2022) malam.
“Kejadian seperti ini terus terjadi. Papua ini mau di bawa ke mana. Kasihan korban, apalagi mereka anak di bawah umur. Saya harap, pelakunya diproses secara benar dan adil. Hukum mesti ditegakkan,” kata Kadepa.
Menurutnya, TNI harus membuktikan kepada publik bahwa institusi masih ada untuk menegakkan hukum, dan aturan agar kepercayaan publik terhadap institusi ini tidak hilang.
Kadepa mengungkapkan, ia juga telah menanyakan kepada Kodam XVII Cenderawasih, sejauh mana upaya institusi TNI menangangi kasus tersebut.
“Tadi saya sudah tanya Asisten Teritorial Kodam XVII Cenderawasih mengenai kasus di Keerom. Beliau sampaikan terduga pelaku sedang diposes Polisi Militer. Saya harap ya, inikan peristiwa lain yang sedang terjadi saat kita kejadian lain yang kita fokuskan belum selesai,” tuturnya.
Tiga anak di Kabupaten Keerom Papua, mengalami sejumlah luka karena diduga dianiaya prajurit TNI. Korban adalah Rahmat Faisei (14), Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11).
Jhon Faisei, ayah Rahmad Faisei mengatakan anaknya dianiaya menggunakan rantai, gulungan kawat, dan selang air. Penganiayaan itu terjadi berulang kali, dan baru berhenti setelah Polisi Militer dari Kota Jayapura datang membawa ketiga anak itu ke rumah sakit.
Hal itu dinyatakan Jhon Faisei saat ditemui wartawan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey, Kota Jayapura, pada Jumat (28/10/2022) malam.
Menurutnya, penganiayaan terhadap Rahmat Faisei, Bastian Bate, dan Laurents Kaung terjadi di Pos Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartenz, Jalan Maleo, Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis (27/10/2022).
Ketiga anak itu dianiaya sejak ketiganya ditangkap prajurit TNI AD di pos tersebut pada Kamis pukul 06.00 WP, karena dituding mencuri burung kakatua di pos itu.
Menurut Jhon, awalnya keluarga tidak mengetahui alasan penangkapan ketiga anak tersebut.
“Sesampai di pos, mereka menyiksa, dan menganiaya anak-anak itu menggunakan, rantai anjing, selang air, gulungan kawat. Anak anak dipukul, disiksa, diinjak-injak seluruh tubuhnya di pos, sekitar pukul 08.00 – 11.30 WP,” kata Jhon.
Sekitar pukul 11.30 WP, sejumlah prajurit TNI AD di sana kemudian mengantar Rahmat, Bastian, dan Laurents pulang ke rumah Rahmat. Keluarga terkejut saat mereka diantar ke rumah dalam Kondisi luka-luka, babak belur.
“Anak saya Rahmat Faisei luka dan berdarah. Ibunya bersama saya mengantar Rahmat ke Puskesmas Arso Kota, untuk berobat,” ujar Jhon.
Setelah Rahmat diobati, Jhon membawa Rahmat untuk melaporkan penganiayaan tersebut di Kepolisian Sektor Arso Kota. Polisi di sana mengarahkan Jhon untuk melaporkan penganiayaan itu kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Keerom.
“Seusai melaporkan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, kami melaporkan peristiwa tersebut ke Kepolisian Resor Keerom. Kepolisian Resor Keerom mengarahkan keluarga korban [melapor] kepada Polisi Militer di Jayapura,” katanya.
Ibu Rahmat kemudian menelepon kakak perempuan Rahmat yang berada di Jayapura, memintanya untuk melaporkan kasus penganiayaan terhadap Rahmat dan kedua temannya kepada Polisi Militer.
Yang tidak terduga, setelah Rahmat kembali ke rumah, sekitar pukul 18.00 WP sekelompok tentara datang lagi ke rumahnya. Jhon menuturkan Rahmat, Bastian, dan Laurents kemudian dibawa kembali ke Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain.
“Waktu [Satgas] Damai Cartenz menjemput mereka kedua kalinya itu, saya saksikan. Saya mau tolong, [namun] saya ditodong pistol. Mereka suruh saya menyaksikan dari jauh dan mereka menyiksa Rahmat, dipukul. Mamanya Rahmat Faisei hingga tak berdaya, ia sempat berteriak ‘Tuhan tolong. Dong [mereka] pukul anak saya’, sambil menagis,” tutur Jhon.
Saat itu, Rahmat juga berteriak kesakitan. “’Tuhan tolong, sa mati’,” tutur Jhon menirukan terikan Rahma“. “[Dia berteriak] sambil menagis. Baru aparat keamanan mereka bilang, ‘ah, ko mati sudah, biar ko ketemu ko pu Tuhan yang ko minta tolong sekalian’. Saat itu, kondisi anak saya sudah tidak berdaya, nafas sisa satu-satu” kata Jhon.
Di Pos Satgas Cartenz, Jhon tidak bisa menolong Rahmat, Bastian, maupun Laurents, karena Jhon diadang dan dipukul salah satu tentara.
“Saya tidak tega melihat anak saya dipukul kayak binatang, dipukuli, ditodong, dan ditendang oleh [Satgas] Damai Cartenz. Saya berdiri ke sana dan menolong anak saya. Aparat tendang saya punya rahang. Mereka pukul saya, dan mereka todong saya pakai pistol. Mereka larang saya, supaya mereka melanjutkan penganiayaan terhadap tiga anak tersebut. Saya melihat kondisi mereka, tidak bisa [dan tidak tega]. Lalu saya hadang mereka,” katanya.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Kav Herman Taryaman di Kota Jayapura menyatakan Polisi Militer Komando Daerah Militer atau Pomdam XVII/Cenderawasih melakukan penyelidikan kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan prajurit TNI AD terhadap Rahmat, Bastian, maupun Laurents. Herman membenarkan bahwa penganiayaan itu terjadi di Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis.
“Kasus pemukulan yang diduga dilakukan oknum TNI infonya terjadi karena adanya kasus pencurian di Pos Satgas Damai Cartens. Kini dalam proses penyelidikan Pomdam. Pangdam sudah memerintahkan Danpomdam untuk segera mengusut tuntas kejadian itu. Pomdam Cenderawasih juga telah membantu korban atas nama Rahmat Faisei untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey,” katanya. (*)