Jayapura, Jubi- Akademisi terkenal Fiji, Profesor Steven Ratuva, menggambarkan kepergian Aiyaz Sayed-Khaiyum dari partai FijiFirst sebagai peristiwa yang memberikan banyak pelajaran bagi para politisi.
Menanggapi pengunduran diri Sayed-Khaiyum dari partai – setelah hampir dua dekade mendominasi politik – pakar tersebut mengatakan, kekuatan politik pribadi tidak akan bertahan selamanya, tidak peduli seberapa kuatnya seseorang.
“Benteng politik mudah runtuh dan ada yang mampu bangkit kembali dan menemukan kembali jati dirinya, sementara ada pula yang terkubur di dalam reruntuhan dan tidak pernah kembali lagi,” katanya sebagaimana dilansir fijitimes.com.fj yang dikutip jubi Minggu (24/12/2023).
“Sejarah penuh dengan contoh-contoh seperti itu. Bagi partai FijiFirst, pengunduran diri Sayed-Khaiyum sebagai sekretaris jenderal tidak hanya mewakili perubahan posisi namun juga merupakan perubahan ideologis dan transformasional yang besar karena (Bapak) Sayed-Khaiyum berperan penting dalam mendirikan partai, konstitusinya, norma-norma politiknya dan arah ideologisnya.”tambahnya.
Prof Ratuva juga mempertanyakan, apakah partai tersebut akan mengubah dirinya menjadi sesuatu yang baru atau melanjutkan identitas aslinya adalah masalah yang harus diputuskan oleh anggota FijiFirst saat ini.
Dia mengatakan pemilu berikutnya akan menjadi ujian bagi kelangsungan hidup FijiFirst di masa depan, terutama jika dua partai dengan perolehan suara terbesar, Voreqe Bainimarama dan Sayed-Khaiyum, tidak mencalonkan diri dalam Pemilu 2026.
“FijiFirst perlu memulai pembicaraan koalisi dengan partai-partai lain atau bahkan bergabung dalam koalisi besar dengan partai-partai yang sekarang berkuasa. Apa pun mungkin terjadi di lautan politik yang berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi.
“Namun sementara itu, FijiFirst perlu mengambil tindakan dan menjadi lebih aktif dalam memberikan oposisi yang efektif karena Fiji membutuhkan Oposisi yang kuat untuk menjaga pemerintahan yang berkuasa dan memastikan demokrasi tetap berjalan.”katanya. (*)