Jayapura, Jubi – Hari ini 16 September 2022, negara tetangga terdekat Indonesia di wilayah timur, Papua Nugini, berulang tahun ke-47. Meski baru mengalami gempa 7,6 di Provinsi Morobe, tetapi kemerdekaan harus tetap dirayakan.
“Happy Independence Day to all my country men and women. Happy Birthday PNG,” demikian tulis Sam Moko, aktivis lingkungan di Port Moresby, dalam akun pribadinya facebook.com, Jumat (16/9/2022).
Tak heran kalau Sam Moko mendapat sambutan dari rekan-rekan saat menyampaikan ulang tahun bagi Melanesia terkaya di Pasifik Selatan itu. Mereka semua mengucapkan selamat dan mengucap syukur atas Independen Day di PNG.
Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari jajahan Australia pada 16 September 1975 dengan Perdana Menteri pertamanya mendiang Michael Somare. Ia lahir sebagai seorang guru hingga akhirnya disebut guru bangsa atau “Papa Blong Kantri”.
Belakangan para politisi di PNG mengusulkan bahwa Sir Julius Chan juga pantas disebut Papa Blong Kantri. Julius Chan adalah Perdena Menteri kedua PNG yang sampai sekarang masih aktif, baik di Parlemen Nasional PNG maupun Gubernur Provinsi Britania Baru Timur.
Sejak merdeka sampai sekarang Papua Nugini sudah memiliki delapan orang Perdana Menteri hingga sekarang James Marape.
Kekerasan dan perampokan selalu menjadi pemberitaan setiap warga di Papua Nugini.
Aprill 2002, jurnalis jubi.id pertama kali ke Papua Nugini. Mulai dari bandara Vanimo selanjutnya ke Wewak dan Madang. Dari Madang lanjut ke Lae dan menyeberang ke Hopkins Provinsi West New Britain dan Port Moresby.
Kesan pertama waktu itu jelas pemandangan indah dan kota yang bersih. Tetapi kekerasan dan keamanan berbahaya. Sore hari hingga malam tidak ada aktivitas. Toko tutup dan kehidupan malam nyaris mati, terkecuali di hotel-hotel karena keamanan yang terjamin.
Tembok-tembok pagar rumah tinggi dan disarankan sebaiknya jangan berbelanja di pasar tradisional.
Ternyata 12 tahun kemudian, pada 2014, jurnalis jubi.id kembali berkunjung ke Madang, kekerasan dan keamanan masih saja terganggu. Walau memang di pusat perbelanjaan Kota Madang sudah berubah, ada pedagang asal Tiongkok yang ikut membangun dan juga berbisnis. Apalagi saat itu menjelang Papua Nugini menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifika atau Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) pada 2018.
Tiongkok waktu itu mulai membangun infrastruktur, mulai dari Port Moresby sampai dengan bandara Vanimo di Provonsi Sandaun, dekat Kota Jayapura.
The Guardian menyebutkan bahwa setiap 30 detik, ada seorang perempuan di Papua Nugini yang dianiaya. Selain itu, tiap tahunnya ada lebih dari 1,5 juta perempuan yang mengalami kekerasan berdasarkan gender. Jumlah kasus yang sangat banyak ini belum mendapatkan perhatian maksimal dari pemerintah Papua Nugini.
Papua Nugini memiliki keanekaragaman alam yang endemik khas Papua Nugini. Bahasa suku terbanyak mencapai 700 suku bangsa dan tentunya kekayaan alam dan sumber daya laut. Bahkan nelayan-nelayan dari Indonesia pun ikut mencari ikan di perairan Papua Nugini, dekat wilayah Daru dan Merauke, hingga kena tembakan dan satu nahkoda tewas.
Jika berbicara potensi tambang, jelas Papua Nugini juga tak mau kalah dengan wilayah Papua Barat di Indonesia dengan potensi emas Freeport dan gas alam di Bintuni. Aktivitas penambangan di Papua Nugini jelas lebih dahulu sejak 1878. Waktu itu demam emas di Bulolo dan booming pada 1925 (The New Guonea Handbokk, 1943).
Sebelum kemerdekaan Papua Nugini, aktivitas tambang di Bougainville sudah dibuka pada 1972. Masalahnya setelah kemerdekaan Papua Nugini pada 1975, kasus tambang di Bougainville tak kunjung usai hingga terjadi konflik bersenjata menuntut kemerdekaan di Bougainville.
Kesepakatan mulai dijalankan hingga berujung pada penyewaan tentara bayaran dibawah pemerintahan Sir Julius Chan. Politikus senior peranakan Tiongkok-Papua Nugini ini kemudian menulis kisah itu dalam bukunya berjudul Bermain Game: Memoar Sir Julius Chan atau Playing the Game: the Memoirs of Sir Julius Chan.
Beruntung pergolakan di Bougainville berakhir di masa pemerintahan James Marape dengan melakukan referendum bagi sesama bangsa Melanesia. Hasilnya mayoritas warga Bouginnvile pilih merdeka.
Penambangan terkini di Papua Nugini adalah deep sea mining di Teluk Bismarck yang mendapat kecaman dari aktivis lingkungan di sana, terutama LSM PANG di Fiji di bawah koordinator Mauren Penjaueli, seorang perempuan Fiji.
Selain itu ada tambang terbuka atau open pit mining di Misima Kepulauan Lousane (1989), Porgera, dan Ok Tedi Mining di Pegunungan Bintang dekat Oksibil dan Kiwirok Papua Barat (1981), Central Higland (1990), dan tambang Lihir di Kepulauan Bismarck (1994) masih dalam tahapan eksplorasi dan sudah menunjukkan adanya mineralisasi yang kaya seperti Fired Mt Kare dan Lakikamu di Central Higlands.
Tak heran kalau Post Courier edisi Desember 2012 pernah melaporkan bahwa sektor sumber daya ekspor emas PNG pada 2011 berjumlah K2.43 miliar yang mewakili 36 persen dari total ekspor dan tembaga menuai K2.78 miliar.
Sementara ekspor minyak mentah K2.43 miiiar (catatan jubi.id satu mata uang Kina (K) setara dengan Rp 5000,- ).
Selain itu ada pula investasi nikel di Ramu di Basamuk, Provinsi Madang merupakan kerja sama dengan investor dari Tiongkok dengan niliai 1,6 miliar dollar. Tambang ini dirancang untuk menghasilkan lebih dari 33.000 ton nikel dan 2300 ton kobalt sehingga menempatkan PNG sebagai penghasil tambang nikel terbesar ke lima di dunia.
PNG juga pengekspor kopi organik terbaik di dunia. Berbeda dengan Papua Barat, tanah di Papua Nugini sangat subur karena banyak gunung berapi. Hingga tak heran kalau tanah di sana subur.
Walau demikian di Papua Barat zaman pemerintahan Nederlands Nieuw Guinea dalam program pertanian South Pacific Commission 1956 membangun perkebunan coklat komunal di Nimboran dan juga di Papua Nugini.
Berbeda dengan Papua Nugini kini menjadi salah satu pengekspor kopi dan cokelat di dunia.
Bravo merdeka. Selamat ulang tahun ke-47 negara dengan jumlah pendduk 10 juta dan 22 provinsi plus otonomi Bougainville. (*)