Wamena, Jubi – Guna meningkatkan minat baca yang seharusnya dipupuk sejak usia dini, SD Terpadu Nurul Hidayah Wamena, Kabupaten Jayawijaya bekerjasama dengan Yayasan Berkat Lestari dan UNICEF menggelar lomba literasi baca tulis.
Kepala SD Terpadu Nurul Hidayah Wamena, Siti Aminah, mengatakan lomba literasi baca tulis ini baru pertama kali diadakan sejak enam tahun berdirinya sekolah tersebut.
“Dengan diadakannya lomba ini, kami berharap minat baca tulis anak-anak kami semakin meningkat,” katanya kepada Jubi, Rabu (14/9/2022).
Siti Aminah menambahkan SD Terpadu Nurul Hidayah juga menyediakan pojok baca di setiap kelas.
“Hal ini dimaksud untuk menerapkan 15 menit sebelum masuk kelas, anak-anak harus membaca, dan 15 menit sebelum pulang sekolah juga demikian. Kami mendapat sumbangan buku-buku dari para donatur dan orang tua wali murid, termasuk dari BSMI Cabang Jayawijaya,” jelasnya.
Siti Aminah mengatakan biasanya anak-anak lebih suka membaca bersama dengan teman-temannya ketimbang harus membaca sendiri di rumah.
“Sejak tahun lalu setiap siswa kami wajibkan membaca 15 menit sebelum masuk kelas, dan 15 menit sebelum pulang sekolah. Sabtu adalah hari khusus untuk sekolah ini yakni hari literasi yang bermacam-macam seperti membaca dan bermain kebun huruf,” kata Siti Aminah.
Lomba literasi baca tulis dilaksanakan pada Selasa. 13 Sepetember 2022. Selain lomba literasi baca tulis, juga digelar bermacam lomba seperti lomba keasrian kelas, menyanyi lagu Kebun Huruf, lomba menyusun puzzle, lomba baca puisi, menulis puisi karangan bebas, dan lomba cerdas cermat.
Di tempat yang sama, fasilitator dari Yayasan Berkat Lestari yang mendapat dukungan dari UNICEF, Christoforus, menyatakan concern dalam pembinaan sekolah darinya yaitu literasi, dalam hal ini membaca dan menulis.
“Contoh dari kelas I-III itu diajarkan baca dan tulis, sedangkan untuk kelas IV -VI membaca untuk belajar, artinya membaca untuk memahami sesuatu,” katanya.
“Strategi yang selama ini kami lakukan, ada materi dari UNICEF, bagaimana huruf itu memiliki 3 unsur yakni bentuk, nama, dan bunyi. Kenapa harus ada bunyi, sebab membaca itu menggabungkan bunyi huruf. Ini agak berbeda jika siswa diajarkan dengan nama huruf. Oleh karena itu metode ini bisa membantu anak agar cepat membaca itu untuk siswa kelas I-III,” jelasnya.
Sementara untuk metode pengajaran yang dilakukan dari anak kelas IV-VI, bagaimana dalam sebuah bacaan itu anak lebih cepat memahami, atau ketika anak itu membaca cepat untuk menemukan ide pokok dalam sebuah paragraf.
Dalam literasi ini pihaknya juga mengajarkan keasrian kelas agar anak itu merasa dalam kelas sama seperti di rumahnya dan merasa nyaman di sana.
“Kita juga mengembangkan pojok baca yang mendekatkan anak didik dengan buku cerita, sehingga mungkin ada siswa yang merasa malas ke perpustakaan namun ada disediakan buku dalam kelas sehingga ada waktu kosong langsung diambil. Ini adalah metode yang kita gunakan dalam literasi,” kata Christoforus.
Terpisah, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Jayawijaya, Samuel Tanding, menyatakan menyangkut literasi memang di Indonesia masih sangat rendah. Tahun 2022 ini dari 70 negara, Indonesia berada di posisi 62. Artinya, minat membaca dan menulis masyarakat Indonesia sangat rendah.
Oleh karena itu, Kurikulum 2013 atau K-13 mengisyaratkan 15 menit sebelum masuk dan 15 menit sebelum pulang sekolah siswa diharuskan membaca dan itu sudah diterapkan di SD Terpadu Nurul Hidayah Wamena.
“Membaca itu jendela dunia. Oleh karena itu, apabila digabungkan dengan literasi itu ada enam. Selain baca tulis, ada literasi numerasi, finansial, sains, budaya, dan kewarganegaraan, serta literasi Sistem Informasi dan Komunikasi,” tutupnya. (*)