Sentani, Jubi – Pasar lama Sentani diusulkan jadi pasar tradisional dan hanya menjual hasil bumi masyarakat seperti ikan, sagu, sayur mayur, umbi-umbian, serta sirih pinang.
Salah seorang tokoh masyarakat di Sentani, Frits Maurits Felle, mengatakan lokasi pasar lama Sentani harus direhab dan ditata ulang seluruh tempat jualannya dan dijadikan sebagai pasar tradisional.
“Para pedagang yang berjualan di pasar lama rata-rata mereka tinggal tidak jauh dari lokasi pasar. Hal ini akan memudahkan para pedagang untuk berjualan di pasar lama daripada harus ke pasar baru,” ujar Maurits Felle di Sentani, Selasa (7/2/2023).
Dikatakan, kondisi pasar lama Sentani saat ini seperti tidak terurus dengan baik oleh pemerintah daerah. Sementara aktivitas di pasar tetap berjalan seperti biasa, walaupun dalam kondisi tempat jual yang sangat tidak layak.
Menurutnya, pedagang musiman lebih banyak di pasar lama, yang berjualan dari pagi, siang, sore, hingga malam. Kebutuhan masyarakat lebih terpenuhi karena pertumbuhan pembangunan pemukiman di wilayah Kelurahan Dobonsolo dan Hinekhombe di Distrik Sentani terus meningkat.
“Contohnya pedagang ikan tawar. Banyak pedagang dari pesisir danau yang langsung datang menjual di pasar lama daripada ke pasar baru yang jaraknya lebih jauh. Oleh sebab itu, tempat jual mereka juga harus diperhatikan agar proses jual ikan air tawar tetap berjalan,” katanya.
Felle menambahkan hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui dinas teknis belum mampu menertibkan para pedagang yang membuka tempat jualan layaknya pasar di tengah kota, bersamaan dengan kios bahkan ruko juga dijadikan tempat menjual hasil bumi masyarakat.
“Ada pasar-pasar kecil bersamaan dengan kios. Ada juga di dalam ruko, ada pasar ikan di pinggir jalan raya, di depan mall, toko, bahkan sudah ada yang mulai berjualan di jalan masuk Bandara Sentani,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Muslimin, seorang warga Makhendang kompleks pasar lama Sentani. Ia mengatakan ada banyak kios dan ruko di Sentani yang juga turut menjual bahan-bahan hasil bumi seperti sayur mayur, rempah-rempah, termasuk ikan laut.
“Ini baru kios dan ruko, belum terhitung jumlah motor dan mobil yang sering masuk ke pemukiman warga dengan barang jualan yang sama di pasar. Lalu, bagaimana dengan nasib pedagang yang bertahan di pasar dari pagi hingga sore hari menanti pembeli datang membeli barang dagangan mereka,” katanya. (*)