Sentani, Jubi – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura hingga saat ini belum memiliki data lengkap para pengelola pasar bergerak, yang setiap hari beroperasi di Kabupaten Jayapura.
Asisten II Sekda Kabupaten Jayapura Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Delila Giyai mengaku dirinya belum mengetahui pasti apakah ada aturan, izin usaha, tarif retribusi serta pajak yang dikenakan kepada para pengelola pasar bergerak ini.
“Terima kasih atas infonya, nanti saya coba cek lagi kepada Disperindag maupun Bappenda,” ujarnya, usai mengikuti giat Deklarasi Forum Pengusaha Asli Kenambai Umbai di Aula Lantai dua Kantor Bupati Jayapura Gunung Merah Sentani, Kamis (24/8/2023).
Salah satu pengelola pasar bergerak, Sunaryo, mengatakan usaha pasar bergerak yang digelutinya ini sudah berjalan sejak 2018 lalu. “Sempat terhenti karena Covid, tetapi di akhir 2021 mulai aktif lagi hingga saat ini,” ujar Sunaryo yang adalah warga Kampung Nimbokrang II, Distrik Nimbokrang.
Dikatakan, usaha yang dijalankannya bukan milik pribadi, ia hanya membantu menjual barang kelontongan dan barang produksi rumah tangga. Sejumlah tempat yang dikunjunginya untuk berjualan dari Distrik Nimbokrang, Demta, hingga ke Sentani Kota bahkan yang terjauh di Distrik Airu.
“Kendaraan roda empat ini milik bos di Nimbo (Nimbokrang) termasuk barang jualannya. Saya hanya membantu menjual dan mendapatkan keuntungan 20 persen dari setiap produk yang terjual,” katanya.
Sunaryo juga mengatakan ia tidak memiliki tempat atau lapak bahkan tidak pernah berjualan di pasar, layaknya pedagang kelontongan lainnya.
“Pernah berpikir untuk gabung berjualan di pasar, tetapi tidak kesampaian terus. Bosnya bilang pakai kendaraan saja sambil keliling. Biar kita yang datangi langsung ke rumah warga, lagian jualan begini tidak ada retribusi yang keluar,” ujarnya.
Menurutnya, dari sisi pendapatan dan pengeluaran, lebih banyak pengeluarannya daripada pendapatan. “Biaya makan, bahan bakar, belum lagi untuk tambal ban dan faktor lain yang biasa ditemui di tengah perjalanan. Tetapi, semuanya dinikmati saja, kelebihan berkat biasanya datang tak terduga,” katanya.
Pedagang sayur-mayur di Pasar Pharaa Sentani, Yustina Mehue mengaku sangat kesal dengan pengelola pasar bergerak yang saat ini semakin marak masuk di Kabupaten Jayapura. Ina sapaan akrabnya, mengatakan bahwa kehadiran pasar bergerak sangat berdampak kepada barang jualannya yang mulai sepi pembeli.
“Pagi hari bawa 20 hingga 30 ikat sayur, bisa laku terbeli sebelum waktu makan siang. Sekarang, tunggu sampai sore juga hanya laku sebagian saja,” katanya. (*)