Sentani, Jubi – Sebagian areal Terminal Pharaa Sentani, digunakan oleh puluhan pedagang sebagai tempat berjualan. Sudah berdiri kios dan los – los jualan. Mulai dari pakaian, barang kelontongan, hingga warung kopi.
Penggunaan areal parkir di terminal tersebut berdampak kepada para sopir angkot, khusus nya angkot Sentani yang hingga saat ini tidak memiliki tempat parkir.
Salah satu pemilik los pakaian di terminal Pharaa Sentani, Zainudin, menjelaskan keberadaan para penjual di lahan terminal sudah ada sejak empat hingga lima tahun lalu, saat pembagian los dan kios serta tempat jual di Pasar Pharaa Sentani. “Pedagang yang saat ini berjualan di areal terminal, sebenarnya adalah penghuni lantai dua di Pasar Pharaa. Menjual barang-barang kelontongan dan barang produksi seperti pakaian, sepatu dan barang elektronik lainnya,” ujar Zainudin.
Ketika pembagian tempat, kata Zainudin, ada banyak pedagang yang tidak kebagian. Lalu, los atau kios yang diberikan ini sangat kecil dan tidak mampu menampung seluruh barang – barang jualan . Oleh sebab itu, sebagian pedagang bersepakat untuk tidak menempati tempat di lantai dua Pasar Pharaa. “Soal retribusi, sama juga kami bayar setiap hari karcisnya. Hanya saja, karcis ini milik dinas perhubungan,” jelasnya.
Dirinya menambahkan bahwa, prosedur dan aturan di Pasar Pharaa sangat banyak dan tidak semua diatur langsung oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan. “Ada oknum petugas, ada oknum tuan tanah, dan ada saja pihak-pihak lain yang diluar dari instansi teknis selalu datang mencari keuntungan dari keberadaan kita disini. Bayar los lah, bayar tanah lah, dan masih banyak lagi bayar – bayar yang lain,” tuturnya.
Secara terpisah, Koordinator Pos Retribusi Terminal Pharaa Sentani, Magdalena Samalo mengatakan, petugasnya setiap hari melaksanakan tugas penarikan retribusi dari para pedagang yang berjualan di areal terminal. “Tarifnya sama, dua ribu rupiah setiap hari per kios,los dan warung. Hal ini dimaksud agar target-target pendapatan asli daerah yang diberikan sebagai tanggung jawab kepada dinas kami dapat tercapai,” .
Sementara itu, salah satu sopir angkot Sentani mengeluh dengan kondisi terminal yang saat ini sudah digunakan sebagai tempat jual para pedagang. “Jadinya,kita tidak punya tempat. Padahal setiap hari keluar masuk terminal ini kami bayar retribusi di pos pemungutan, tempat kami berteduh saat ini kala siang hari dipinggir jalan raya sambil menunggu penumpang,” ujarnya. (*)