Sentani, Jubi – Kafe berjuluk Rumah Kopi Kiwi atau Aib Kopi Kiwi yang dibuka di Jalan Puskesmas Waibu, Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, berupaya mengenalkan keberadaan kopi Yepki Kiwi. Kopi itu adalah kopi jenis Arabica Typica yang ditanam secara organik di Kampung Kiwi, Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.
Pemilik Rumah Kopi Kiwi, Haniel Uopmabin menjelaskan ia mendirikan kafe Rumah Kopi Kiwi untuk memperkenalkan keberadaan kopi Yepki Kiwi kepada warga di Kabupaten Jayapura. Uopmabin berharap usahanya itu akan membantu para petani kopi di Kampung Kiwi mendapatkan keuntungan yang lebih layak dari hasil mereka berkebun kopi.
Haniel menuturkan orangtuanya juga petani kopi di Kampung Kiwi. Ia tergerak membuka usaha kafe, karena kopi panenan orangtuanya selalu terjual dengan harga murah.
‘Orangtua saya bikin kebun kopi dari dulu. Hasilnya dapat sedikit, karena dijual murah ke pengusaha lain. Jadi saya dan teman-teman mencoba mulai dengan produksi hingga kelola [kafe] sendiri. Kami ingin membantu para petani kopi di kampung untuk mendapatkan keuntungan [sehingga bisa] memenuhi kebutuhan mereka,” ujar Haniel.
Haniel mengatakan ia telah mendatangkan kopi Yepki Kiwi ke Kabupaten Jayapura sejak 2018. Ia bersama adiknya, Bertus Uopmabin baru membuka usaha kafenya pada 2022. Usaha kafe itu pun baru berkembang mulai tahun 2023.
“Jadi kami semua ada lima orang yang bekerja mulai tahun 2022. Tapi itu masih dalam tahap percobaan. Teman-teman banyak yang memberikan masukan atau saran. Tahun 2023 kami berusaha memaksimalkan usaha Aib Kopi Kiwi atau Rumah Kopi Kiwi ini,” ujar Haniel.
Kafe Rumah Kopi Kiwi itu didirikan Haniel di bangunan dua lantai. Lantai atas rumah itu menjadi tempat menjamu para tamu, sementara lantai bawahnya menjadi dapur.
“Saya sengaja bikin [kafe] di rumah lantai atas, karena sesuai budaya kami. Siapapun yang datang [bertamu] harus dapat makan atau minum, itu filosofinya. Sekarang, setiap hari ada yang datang, [bahkan hari tertentu bisa] lebih dari 25 orang yang kunjungi,” kata Haniel.
Beragam penyajian
Di Kampung Kiwi, para petani menanam kopi mereka di ketinggian 1.700 – 2.000 meter di atas permukaan laut. Seluruh tanaman kopi di sana dipelihara secara organik, tanpa menggunakan pupuk maupun pestisida kimia. Seluruh tanaman kopi itu bahkan dirawat tanpa pemupukan, dan tumbuh mengandalkan kesuburan tanah Kampung Kiwi.
“Walaupun petani kopi di Kampung Kiwi minim pengetahuan soal cara pemupukan secara organik, namun tanaman kopi tanpa pupuk justru [menghasilkan] kualitas kopi [yang bagus], aromanya lebih terasa dan nikmat,” kata Haniel.
Bertus Uopmabin menuturkan Rumah Kopi Kiwi memiliki beragam sejian berbahan kopi Yepki Kiwi. Kopi susu Yepki Kiwi ditawarkan dengan harga Rp5 ribu (gelas ukuran sedang) dan Rp10 ribu (gelas ukuran besar). Rumah Kopi Kiwi juga menawarkan menu V60 dengan harga Rp25 ribu per gelas.
Kopi Yepki Kiwi juga ditawarkan dalam sajian espresso dengan harga Rp20 ribu per gelas. Bagi yang menggemari sajian Vietnam Drip, Anda bisa mencoba cita rasa khas kopi Yepki Kiwi dengan harga Rp15 ribu per gelas.
Selain menawarkan berbagai sajian kopi, Rumah Kopi Kiwi juga menjual kopi bubuk Yepki Kiwi yang telah dikemas apik. Kami juga menjual kopi bubuk dalam bentuk kemasan seharga Rp100 ribu per kemasan ukuran 250 gram,“ kata Bertus.
Diolah sendiri
Secara berkala, Rumah Kopi Kiwi membeli biji kopi mentah petani Kampung Kiwi dengan harga Rp105 ribu – 130 ribu per kilogram, bergantung kualitas panenan petani (harga pembelian ketika biji kopi di Sentani). Akan tetapi, biji kopi itu membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum bisa disajikan menjadi secangkir kopi yang nikmat.
Bertus mengatakan para petani kopi di Kampung Kiwi memang belum memiliki banyak pengetahuan tentang cara mengolah biji kopi. “Petani mereka kerja apa adanya. Mereka petik, kuliti, lalu keringkan kopi, lalu kupas. Selanjutnya mereka kirim ke Jayapura untuk kami pasarkan,” ujar Bertus.
Para awak Rumah Kopi Kiwi kemudian mengeringkan kembali biji kopi itu di Sentani, hingga kopi siap untuk disangrai. Setelah disangrai, barulah kopi digiling hingga menjadi bubuk dan siap untuk diolah menjadi sajian.
Bertus yang telah mengikuti pelatihan penanaman bibit hingga pengolahan pasca panen di Distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, pada 26-28 Maret 2023 silam. Ia juga pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan kafe dari Bank Indonesia yang digelar di Kota Jayapura pada akhir Desember 2023.
Rumah Kopi Kiwi juga mendapatkan bantuan Bank Indonesia berupa mesin pengupas kulit kopi, berbagai peralatan pengiring biji kopi, pengukur kadar air biji kopi, dan mesin generator set pembangkit listrik.
Haniel ingin mengembangkan Rumah Kopi Kiwi agar mempunyai banyak cabang, sementara Bertus ingin menularkan pengetahuan budi daya kopi dan pengolahan pasca panen kopi kepada para petani di Kampung Kiwi. “Kami terus mendampingi dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai pengetahuan kopi,” ujar Bertus. (*)
Discussion about this post