Sentani, Jubi – Warga Kampung Karya Bumi, Distrik Namblong, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua masih trauma karena konflik sosial yang dipicu peristiwa pembacokan warga bernama Daud Bano oleh prajurit TNI. Pemerintah Kabupaten Jayapura secepatnya harus melakukan pendampingan dan memberikan pemulihan atau trauma healing bagi warga di sana.
Hal itu dinyatakan tokoh masyarakat Kampung Karya Bumi, Budi Santosa di Kabupaten Jayapura, pada Sabtu (6/1/2024). Budi menyampaikan hal itu merespon imbauan agar warga Kampung Karya yang mengungsi ke tiga kampung di Distrik Nimbokrang kembali pulang.
Budi mengingatkan warga Kampung Karya Bumi yang sekarang mengungsi tidak serta-merta melupakan trauma mereka. “Saya bayangkan anak-anak, ibu-ibu [saat peristiwa itu di] masjid [dalam] keadaan terkurung, sedangkan orang di luar pegang parang semua. Kerugian material bisa dianggarkan [dan diganti], tapi trauma [bisa dialami hingga] berkepanjangan,” ujarnya.
Kepala Kampung Periode 2007-2012 itu meminta Pemerintah Kabupaten Jayapura serius menyelesaikan tuntutan dari masyarakat adat. Budi juga berharap ada pendampingan dan adanya pemulihan bagi warga Kampung Karya Bumi.
“Tidak bisa sendirian mengembalikan [kondisi dari] rasa trauma itu. Harus ada langkah-langkah konkrit yang dilaksanakan pemerintah. Jadi Pemerintah Kabupaten Jayapura harus menyikapi secara serius, kembalikan rasa aman itu,” katanya.
Pertemuan itu digelar untuk memediasi para pemangku kepentingan dalam konflik sosial Namblong yang dipicu kematian warga Kampung Kampung Kwansu bernama Daud Bano karena dibacok prajurit TNI di Kampung Karya Bumi pada 1 Januari 2024. Insiden itu menimbulkan amuk massa di Kampung Karya Bumi, permukiman transmigrasi yang didirikan di wilayah Besum, Distrik Namblong pada 1976.
Amuk massa itu membuat delapan rumah warga, balai dan kantor kampung dibakar massa. Massa juga merusak 11 rumah lainnya dan sejumlah kendaraan warga.
Amuk massa itu membuat sedikitnya 928 orang dari total 1.222 warga Kampung Karya Bumi mengungsi ke tiga kampung di Distrik Nimbokrang. Hingga Jumat (5/1/2024), sebanyak 232 warga telah kembali ke Kampung Karya Bumi. Sisanya, 696 warga, masih masih bertahan dan mengungsi di Kampung Nimbokrang, Kampung Benyom Jaya 1 dan Benyom Jaya 2. “Itu data warga yang mengungsi. [Dan] sebagian warga pulang-pergi,” kata Budi.
Trauma mendalam
Warga Kampung Karya Bumi lainnya, Rasino mengatakan amuk massa pada 1 Januari 2024 masih menimbulkan trauma. “[Saat itu, ada] teriakkan ‘kosongkan lokasi trans, kosongkan lokasi trans’. Apakah [maksudnya] [kami harus] tinggalkan selamanya, atau kosongkan [kampung sementara], agar tidak terjadi konflik berdarah. Kejadian itu menimbulkan trauma yang sangat luar biasa. Saya sebagai anak yang dibesarkan di sini juga merasakan trauma itu,” kata anggota DPR Kabupaten Jayapura yang pernah menjabat sebagai Kepala Kampung Karya Bumi periode 2012 – 2018 itu.
Rasino mengatakan selama ini warga Kampung Karya Bumi dan masyarakat adat hidup nyaman dan tentram. Namun, demikian menurut Rasino, peristiwa amuk massa itu membuat mereka seakan-akan tidak saling mengenal dan asing.
“Kami selama ini bergandeng tangan, berdampingan. Ada [yang] susah kami saling bantu. Tapi di hari [Senin itu], seperti mereka tidak mengenal kami yang hari-hari duduk sama-sama, merokok sama-sama, makan pinang sama-sama,” sesalnya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Edward Sihotang mengatakan pihaknya telah memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Karya Bumi yang mengungsi. Akan tetapi, pihaknya belum memberikan pendampingan untuk pemulihan trauma warga yang mengungsi.
Edward mengatakan pemulihan trauma membutuhkan petugas yang mempunyai keahlian. Ia akan berkoordinasi dengan mitra pemerintah agar bisa memberikan pendampingan trauma healing. Pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan pihak gereja dan masjid agar bisa mendampingi warga Kampung Karya Bumi yang mengungsi di Distrik Nimbokrang.
“Memang trauma healing [kami] belum ada petugas yang mumpuni karena itu harus punya keahlian khusus. Kita berharap ada dukungan dari mitra seperti WVI. Saya mencoba komunikasi dengan pihak gereja dan masjid bisa membantu anak-anak, perempuan dan lansia terutama trauma healing,” ujarnya.
Ada ibu hamil dan bayi
Edward mengatakan pihaknya saat ini fokus memberikan pelayanan kesehatan bagi warga yang mengungsi, dan menjelaskan bahwa para pengungsi bisa memeriksakan kesehatan mereka di Puskesmas Nimbokrang. “Kalau ada yang sakit bisa berobat ke Puskesmas Nimbokrang. Kita suplai obat ke Puskesmas Nimbokrang. Pengungsi banyak di Nimbokrang,” katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Nimbokrang, Jusak Tampemawa mengatakan sejak Senin (1/1/2024) pihaknya telah melayani 140 warga Kampung Karya Bumi. Tampemawa mengatakan rata-rata para pengungsi itu menderita sakit gula, hipertensi, malaria dan diare. “70 persen hipertensi,” kata Tampemawa pada Jumat.
Tampemawa mengatakan ada 18 ibu hamil, dua bayi, dan tujuh balita dari Karya Bumi yang tinggal di Kampung Nimbokrang dan Benyom Jaya 2. “Kami sudah periksa [dan] kondisi mereka baik-baik saja,” ujarnya.
Tampemawa mengatakan sedang meminta relawan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) untuk mendata ibu hamil, balita dan bayi yang mengungsi di Distrik Nimbokrang. Ia mengatakan telah berkoordinasi dengan posko dapur umum di Nimbokrang untuk memperhatikan kebutuhan makanan ibu hamil, bayi, dan balita.
Penanggung jawab pengungsi di Kampung Nimbokrang, Subroto mengatakan ada 433 warga Karya Bumi yang mengungsi di Kampung Nimbokrang. Ia mengatakan pihaknya telah membuka posko untuk membantu kebutuhan makan dan minum warga yang Kampung Karya Bumi. “Itu bantuan secara sukarela dari masyarakat,” ujarnya.
Menurut Subroto, warga yang mengungsi diberikan makan dan minum dua kali dalam sehari. Ia mengatakan dapur umum itu membutuhkan bantuan makanan, terutama sayur-sayuran, bumbu dapur, uang, dan susu untuk ibu hamil, bayi, dan anak-anak. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!