Sentani, Jubi – Warga Kampung Karya Bumi, Distrik Namblong, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, yang masih mengungsi ke Distrik Nimbokrang meminta Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk segera menyelesaikan konflik sosial yang dipicu kematian warga bernama Daud Bano yang dibacok prajurit TNI. Mereka berharap konflik sosial itu segera berakhir, sehingga mereka bisa kembali ke Kampung Karya Bumi.
Pembacokan terhadap Daud Bano terjadi di Kampung Karya Bumi, Besum, Distrik Nablong, Kabupaten Jayapura, pada Senin (1/1/2024) pagi. Kampung Karya Bumi yang terletak di wilayah Besum, Distrik Namblong, adalah lokasi permukiman transmigran sejak 1976. Kabar meninggalnya Daud Bano menimbulkan amuk massa yang membuat warga Kampung Karya Bumi mengungsi ke tiga kampung di Distrik Nimbokrang.
Amuk massa itu membuat sedikitnya 958 orang dari total 1.329 warga Kampung Karya Bumi mengungsi ke tiga kampung di Distrik Nimbokrang. Mereka tersebar di Kampung Nimbongkrang (582 orang), Kampung Benyom Jaya 1 (318) orang) dan Benyom Jaya 2 (58 orang).
Salah satu warga Kampung Karya Bumi yang mengungsi ke Nimbokrang, Dali berharap Pemerintah Kabupaten Jayapura segera menyelesaikan konflik sosial di kampungnya. “Permintaan kami termasuk warga Kampung Karya Bumi Pemerintah Kabupaten Jayapura secepatnya menyikapi dan menyelesaikan masalah itu,” kata Dali.
Dali bersama ratusan warga Kampung Karya Bumi sementara tinggal di rumah-rumah warga sambil menunggu penyelesaian konflik sosial itu. Ia mengatakan hingga saat ini belum ada kejelasan penyelesaian masalah pembacokan terhadap Daud Bano. Ia meminta agar masalah ini secepatnya diselesaikan agar warga bisa kembali ke kampung mereka.
“Nasib warga Karya Bumi ini kan kasihan, menunggu [karena] belum ada kejelasan. [Kami berharap] bagaimana pemerintah bisa segera menyelesaikan [masalah] itu sesuai adat yang ada di Grime Nawa,” ujarnya.
Warga Kampung Karya Bumi lainnya, Hartini (40) mengaku trauma dengan amuk massa yang terjadi di Kampung Karya Bumi pada Senin. Ia mengungsi bersama bersama suaminya Edi (43 tahun) dan anak laki-laki mereka bernama Rayan (10 tahun) mengungsi di Kampung Benyom Jaya 1.
Ia mengatakan belum berani untuk kembali ke Kampung Karya Bumi. “Merasa trauma dengan situasi,” katanya.
Hartini mengatakan saat kejadian itu mobil Avanza milik keluarganya yang diparkir di masjid dirusak, dan motor mionya juga hilang. “Mobil hancur [dan] motor mio hilang. [Tapi] kami punya rumah aman,” katanya.
Kepala Distrik Namblong, Yohan Hokoyoku mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Distrik Nimbokrang yang menerima warganya yang mengungsi karena konflik sosial di Namblong. Hokoyoku mengatakan ikut prihatin atas peristiwa yang terjadi di Kampung Karya Bumi. Ia mengatakan pemerintahan distrik akan mengawal penyelesaian konflik sosial di Distrik Namblong hingga tuntas.
Hokoyoku meminta agar Pemerintah Kabupaten Jayapura segera menyelesaikan konflik sosial itu. “Saya harap masalah ini segera selesai biar saya punya warga yang mengungsi ke mari bisa balik ke rumahnya masing-masing. Semua bisa kembali berjalan normal,” ujarnya.
Dampak amuk massa
Kepala Kampung Karya Bumi, Muryani mengatakan delapan rumah warga, balai dan kantor kampung dibakar massa. Massa juga merusak 11 rumah lainnya.
Muryani mengatakan massa juga merusak sejumlah kendaraan masyarakat yang diparkir di masjid kampung. Ia mengatakan pembakaran dan pengrusakan itu terjadi saat jenazah dibawa ke Masjid Al Muhajirin.
“Jenazah diiring dan jalan poros ke dalam Masjid Al Muhajirin. Dalam perjalan itu massa melakukan pengrusakan, pembakaran rumah dan kantor dan balai kampung. [Massa] merusak kendaraan yang diparkir dan ada kendaraan yang hilang di malam hari,” kata Muryani saat ditemui di kampungnya, pada Rabu (3/1/2024).
Muryani mengatakan kondisi Kampung Karya Bumi sepenuhnya belum kondusif lantaran masalah belum selesai. “Sampai saat ini belum ada titik temu terkait masalah ini. Situasi belum sepenuh kondusif. Kalau dibilang aman belum karena proses penyelesaian masalah belum selesai,” ujarnya.
Akan dimediasi Jumat
Juru Bicara keluarga Daud Bano, Seblon Dwaa mengatakan pihaknya akan bertemu dengan Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk mencari solusi atas konflik sosial pasca kematian Daud Bano. Menurutnya, pertemuan itu akan digelar di Kampung Kwansu, Distrik Kemtuk, pada Jumat (5/1/2023). Ia mengatakan pihaknya akan kembali membuka palang setelah adanya pembicaraan dengan pihak Pemerintah Kabupaten Jayapura.
Dwaa mengatakan dalam pertemuan itu keluarga korban dan masyarakat akan meminta agar pelaku pembacokan Daud Bano diproses hukum seadil-adilnya. Masyarakat juga meminta agar meminta status tanah di Kampung Karya Bumi harus diselesaikan lantaran belum ada proses pelepasan secara adat saat ditempati warga Kampung Karya Bumi pada 1976. “Itu intinya,” kata Dwaa kepada Jubi, pada Kamis (4/1/2023)
Dwaa mengatakan tidak ada niat dari masyarakat untuk membuat kekacauan. Ia mengatakan soal kerusakan yang terjadi saat iringan jenazah Daud Bano akan dibicarakan bersama dengan Pemerintah Kabupaten Jayapura, pada Jumat. “Soal kerusakan akan sama-sama dipecahkan [dan dibicarakan],” kata Dwaa, pada Kamis (4/1/2024). (*)