Jayapura, Jubi – Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Ketua Jurusan Kepelatihan Universitas Cenderawasih, Daniel Womsiwor mengatakan, kepercayaan diri yang berlebihan ditambah dengan takut kalah menghasilkan konflik internal di antara pemain tim sepak bola asal Papua yang berlaga dalam Liga 2.
Womsiwor menyatakan masalah itu tengah terjadi di tiga tim Papua yang saat ini sedang berkompetisi di Liga 2—Persipura Jayapura, Pesewar Waropen dan PSBS Biak.
Menurutnya, kepercayaan diri yang berlebihan dialami PSBS Biak setelah tim itu menang mutlak atas Pesewar Waropen di kandang PSBS Biak. Mereka menginginkan kemenangan mutlak serupa saat menghadapi Persipal Palu, namun hal itu tidak terjadi.
Persipal Palu justru mengandaskan impian Badai Pasifik, dan menang dengan skor tipis 1 – 0. Gol cepat yang di buat oleh tim tuan rumah terjadi pada pertandingan babak pertama membuat kepercayaan diri para pemain PSBS Biak jatuh, dan memunculkan konflik internal di antara pemainnya.
“Hal yang sama terjadi pada tim Persipura. Bertandang ke kandang Kalteng Putra, [mereka meraih] hasil imbang. Dengan percaya diri bisa mencuri satu point di kandang lawan, Persipura merasa yakin bisa menang di Mandala. Ternyata hasil imbang yang juga diperoleh,” ujar Womsiwor saat bertandang ke Redaksi Jubi pada Sabtu (23/9/20230.
Menurutnya, ketiga tim sepak bola Papua itu belum menampilkan kemampuan maksimal mereka. Hal itu bisa dilihat dari proses pembentukan tim menjelang Liga 2. Tim dibentuk secara mendadak, dan tingkat kebugaran ketiga tim mengandalkan kedisiplinan pribadi para pemainnya.
Akibatnya, ketiga tim belum berhasil menyuguhkan permainan yang ketat dan maksimal. “Jadi fisik secara tim yang belum begitu nampak, sehingga pada pertandingan awal [kompetisi] belum bisa meraih hasil yang maksimal.
Kita bisa lihat pertandingan di Biak, antara Biak dan Waropen. Kalah dari Biak, tetapi bisa menang tipis atas Persiba Balikpapan di Mandala,” kata mencontohkan.
Womsiwor juga mengatakan ketiga tim sepak bola itu belum memiliki program fisik yang terjadwal secara rutin. Ia menyatakan ketiga tim membutuhkan pelatih fisik untukl menggenjot program khusus meningkatkan kebugaran fisik pemain.
“Tim sekelas Persipura hingga saat ini belum ada pelatih fisik. Oleh sebab itu, pada laga-laga berikutnya diperlukan program tambahan untuk meningkatkan [kebugaran] fisik para pemain,” jelas Womsiwor yang pernah menjadi pelatih fisik Tim Nasional Indonesia.
Ia berharap kondisi kebugaran fisik para pemain ketiga tim bisa berada diatas 70 persen, sehingga mereka akan meraih kemenangan dalam setiap pertandingan. “Setiap tim memiliki kans yang sama besarnya untuk masuk di Liga 1. Tetapi juga ada banyak tim dari wilayah timur yang memiliki kesempatan yang sama untuk menang dan mempertahankan posisi mereka untuk sampai di Liga 1,” ujarnya. (*)