Jayapura, Jubi – Pastor Dekan Dekanat Pegunungan Bintang (Pegubin), Gereja Katolik Keuskupan Jayapura, RD James Kossay,Pr mengatakan hingga saat ini sebagian besar warga asal Kiwirok maish mengungsi di Oksibil, semenjak konflik pada 12 September 2021.
Mereka masih takut pulang ke kampung halaman mereka. Karena di Kiwirok situasi belum kondusif. “Semenjak kejadian pada tanggal 12 September 2021 pembakaran gedung sekolah, Puskesmas dsb sejak hari itu itu juga warga mencari tempat yang aman di Oksibil. Bahkan ada yang masuk di tempat berburu mereka di hutan. Sampai saat ini warga belum bisa kembali ke Kiwirok,” katanya kepada Jubi melalui sambungan seluler, Senin (9/5/2022).
Ada juga warga yang berlindung di gereja. Sebagian besar mengungsi ke kerabat dan keluarga di ibu kota kabupaten Oksibil.
“Belum lama ini ada beberapa anak-anak muda pulang ke kampung . Mereka mau memastikan kondisi keamanan. Hingga saat sebagian besar warga ada di kota. Tidak semua berani ke kampung ,” katanya.
Kossay mengkritik pemerintah yang cenderung menghabiskan waktu di kota, ketimbang mengurus warga masyarakat yang mencari tempat yang aman pasca kejadian tahun 2021 silam.
“Pemerintah juga jarang pernah memantau situasi keamanan di Kiwirok agar memulangkan warganya. Mereka kebanyakan kabur ke kota besar. Mereka datang ke Oksibil hanya pantau saja baru kembali lagi ke Jayapura. Jadi pemerintah sendiri tidak peduli dengan warganya sendiri, ,” katanya.
Kossay mengatakan, masyarakat yang ada di hutan melarikan diri ke hutan untuk mencari tempat aman.
Belakangan ini beredar informasi, ada warga kiwirok berjumlah 8 orang yang meninggal dunia di pengungsian. Soal hal itu ia mengaku tidak tahu persis.
“Tapi mereka yang meninggal dunia itu mereka yang melarikan diri ke hutan. Karena mereka takut (berada) di pusat pusat distrik, Tentara dan brimob bawa senjata, masyarakat kalau melihat aparat lewat saja mereka takut. Makanya masyarakat mereka memilih melarikan diri ke tempat mereka berburu di hutan,” katanya.
Salah seorang pemuda Demi Uopka mengatakan, situasi di Kiwirok belum pulih. Sementara ini warga masih ada di ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang.
“Sebagian masyarakat tinggal di hutan-hutan untuk berlindung diri dari ancaman konflik. Saya tidak bisa pastikan, kalau mereka bisa pulang kembali ke kampung halamannya,”katanya.(*)
Discussion about this post