Jayapura, Jubi- Belum lama ini selebriti dan pesulap Indonesia Deddy Corbuzier menerima pangkat Letnan Kolonel (Letkol) Tituler TNI AD. Momen pemberian pangkat ini diunggah oleh Deddy di akun Instagramnya @mastercorbuzier. Pemain Biola legendaris, Idris Sardi juga memperoleh kepangkatan Letkol Tituler TNI AD.
Dari tanah Papua, pemerintah Indonesia pernah pula memberikan kepangkatan ini kepada tokoh pejuang Irian Barat kala itu; Corinus Marselius Koreri Krey. Ia mulai berjuang untuk kemerdekaan Irian Barat bersama Kepala Sekolah Beestur Pribumi Soegoro Atmoprasodjo. Kebetulan waktu itu Krey jadi ajudan Soegoro di Kampung Joka, Hollandia. Ia juga bersama Soegoro pada 1 April 1945 mengubah nama Papua menjadi nama Irian Barat.
Selanjutnya diskusi Corinus Krey dan Frans Kaisiepo, ketua diskusi yang terjadi di Jayapura pada tanggal 1 Mei 1945, melahirkan nama ‘Irian’ sebagai ganti kata ‘Papua’.
Frans Kaisiepo dan Corinus Krey mengambil kata ‘Irian’ dari bahasa Biak yang artinya ‘panas’ karena tanah Papua adalah tempat matahari terbit. Frans Kaisiepo yang mewakili pemuda Papua dalam Konferensi Malino tanggal 18 Juli 1946 mengusulkan nama Irian Barat.
Selanjutnya pada 1947, Krey bergabung dengan Komite Indonesia Merdeka (KIM) sebagai Sekretaris II di bawah pimpinan Dr Gerungan. Organisasi ini adalah motor pergerakan politik menentang Belanda. Dari sinilah Krey mulai berjuang bersama Marthen Indey.
Kembalinya Corinus Krey ke Biak, 7 Agustus 1949 akan mengaktifkan kembali aktivitas Partai/Perserikatan Indonesia Merdeka (PIM) di Bosnik, sebelumnya didirikan pada September 1945 di Nusi. Tanggal 1-5 Oktober 1949, ada pertemuan di rumah David Rumaropen, kepala kampung Yenures, dimana PIM direorganisir dan diaktifkan kembali, dengan ketuanya Lukas Rumkorem, Corinus Krey sebagai wakil ketua, J. Tarumaselly sebagai penasihat dan Petrus Warikar sebagai sekretaris.
Corinus Krey empat kali merasakan kejamnya penjara Belanda di Papua, yaitu penjara Kota Nica Jayapura (1-7 Desember 1945), penjara Abepura, Jayapura (7 Maret 1947 hingga 7 Agustus 1947), penjara Biak (7 Desember 1949 hingga 7 Juni 1950), dan yang terlama adalah tujuh tahun di Penjara Digul (7 Juni 1950 hingga 7 Agustus 1957).
Oleh karena itu tak heran kalau Corinus Krey akhirnya memperoleh penghargaan dan kepangkatan major Tituler TNI AU. Kepada Jubi, Mama Krey mengatakan memang benar bapaknya mendapatkan penghargaan pangkat Major Tituler TNI Angkatan Udara hingga meninggal pada 1992. “ Sambil menunjukan foto bapak Corinus Krey lengkap dengan seragam TNI AU dan sampai sekarang cucu masih ambil bapak punya uang pensiun,”kata Mama Krey pekan lalu di Kotaraja, Kota Jayapura.
Selain pernah berdinas di Lanud Jayapura sebagai perwira TNI AU, Corinys Krey juga merupakan anggota MPRS Tahun 1964-1968 dan pemegang bintang veteran RI.
Major Tituler Lukas Rumkorem dan Seth Rumkorem
Tak jauh berbeda dengan Krey. Salah seorang putra Papua yang pernah memperoleh pangkat Major Tituler TNI AD adalah Lukas Rumkorem, pendiri Partai Indonesia Merdeka di Papua. Ia dianggap berjasa karena ikut memperjuangkan Papua masuk ke dalam negara Indonesia bersama Corinus Krey dan kawan kawan.
Berbeda dengan anaknya Seth Rumkorem meninggalkan pekerjaannya sebagai petugas pembukuan di maskapai penerbangan Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KPM).
Atas jasa orang tuanya Major Tituler TNI Lukas Rumkorem, sehingga anaknya ikut pelatihan militer di Cimahi pada 1962. Ia kemudian dikirim ke Bandung untuk mengikuti pelatihan militer dan memperoleh pangkat Sersan Satu (Sertu).
Setelah itu sempat ditugaskan dalam Operasi Dwikora Ganyang Malaysia di Kalimantan. Ia kemudian diikutkan dalam Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD) di Bandung. Setelah selesai mengikuti pendidikan di P3AD, ia berpangkat letnan dua dan menjadi perwira intelijen di Kodam Diponegoro, Jawa Tengah
Pada 1964, ia ditangkap karena mencoba menggagalkan demonstrasi yang disponsori pemerintah. Seth Rumkorem ingat bagaimana masyarakat Papua datang melapor kepada ayahnya tentang perlakuan buruk yang mereka terima dari aparat Indonesia.
Tahun 1969 Seth Rumkorem ditangkap lagi karena mengkritik perilaku curang dalam jejak pendapat yang dikenal sebagai Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera). Menurut catatan Jurnal Intelijen Indonesia edisi September 2015, Seth Rumkorem terpengaruh oleh Herman Womsiwor, tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bermukim di Belanda. Seth Rumkorem akhirnya desersi memimpin pemberontakan Papua Merdeka di perbatasan Papua Nugini di Markas Victoria.
Johannes Rudolf Gerzon Djopari dalam bukunya berjudul Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (1993:116), markas yang dibuat Seth Rumkorem itu adalah markas komando Tentara Pembebasan Nasional (TPN) yang kemudian berubah menjadi Tentara Nasional Papua (TNP). Ia memimpin pasukan ini dengan pangkat Brigadir Jenderal. Begitulah kisah perjalanan Seth Rumkorem putra pejuang pro Indonesia Lukas Rumkorem dengan pangkat Major Tituler TNI AD. (*)