Asmat, Jubi – Sejumlah 188 ukiran dan panel serta 53 anyaman hasil kerajinan tangan orang asli Kabupaten Asmat, Papua Selatan yang lolos seleksi pameran Festival Asmat Pokman ke-36 mulai dilelang pada Senin (9/10/2023). Proses pelelangan karya seni masyarakat tersebut direncanakan selama tiga hari.
Kurator Museum Asmat, John Ohowirin kepada Jubi di Agats di sela-sela acara pelelangan siang tadi, mengatakan 188 ukiran dan panel serta 53 anyaman sebelumnya telah diseleksi oleh pihak museum bersama panitia Festival Asmat Pokman.
“Proses seleksi kita lakukan beberapa waktu lalu di sejumlah distrik yang ada di Kabupaten Asmat, di antaranya Distrik Agats, Pantai Kasuari, Atsy, dan Kolfbaraza. Seleksi dilakukan secara ketat, dan dari proses itu kami mendapatkan 188 ukiran dan 53 anyaman yang masuk nominasi untuk dilelang,” kata Ohowirin.
Sementara itu, di hari pertama pelelangan siang tadi, lelang nomor pertama yang diajukan adalah ukiran bernomor 139 dengan jenis ukiran logo Provinsi Papua Selatan. Karya seni yang unik dan arstistik itu terjual dengan harga Rp36 juta.
Ukiran logo Provinsi Papua Selatan itu berbahan dasar kayu besi. Ukiran ini dimenangkan oleh peserta dengan penawaran tertinggi, yakni Penjabat Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo yang diwakili oleh Asisten II Setda Provinsi Papua Selatan Sunarjo.
Sebelum diboyong oleh Pemerintah Provinsi Papua Selatan – PPS, nilai jual ukiran berbentuk logo PPS itu dibuka oleh penawar pertama yakni Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito OFM dengan harga Rp10 juta.
Bupati Asmat, Elisa Kambu yang mengikuti pelelangan menawar Rp15 juta. Selanjutnya Asisten II Setda Sunarjo menawar Rp20juta. Ketua PKK Asmat Orpa Susana Kambu yang juga turut hadir tidak ketinggalan, ia pun menawar Rp25 juta.
Proses tawar menawar siang itu berlangsung seru dan alot, namun pada akhirnya ukiran panel bernomor 139 milik Servandus Urisipit itu jatuh di tangan Asisten II Setda Papua Selatan sebagai penawar tertinggi dengan harga Rp36 juta.
“Pemerintah Provinsi Papua Selatan telah menyediakan anggaran sebesar Rp350 juta untuk membeli ukiran dan anyaman milik masyarakat Asmat. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan pemerintah Provinsi Papua Selatan dalam melestarikan budaya Asmat serta mendorong putaran ekonomi pada Festival Asmat Pokman,” kata Sunarjo.
Sunarjo mengatakan bahwa lelang ukiran dan anyaman dalam Festival Asmat Pokman selalu dinantikan para pecinta seni, sebab ukiran yang masuk dalam pelelangan merupakan ukiran yang lolos seleksi oleh panitia Festival Asmat.
“Ukiran-ukiran ini mempunyai nilai seni yang sangat tinggi. Sehingga, wajar jika dalam pelelangan, satu ukiran dinilai dengan harga yang cukup fantastis,” tutupnya. (*)