Sentani, Jubi – Noken Papua dikukuhkan menjadi benda warisan dunia pada 4 Desember 2012 lalu oleh UNESCO. Pemerintah Indonesia melalui jajaran Kementerian teknis, pemerhati budaya serta pelaku usaha ekonomi kreatif Noken di Papua, dinilai wajib melaporkan seluruh program kerja dan pelestarian serta pengembangan Noken Papua secara periodik empat tahunan kepada UNESCO.
Pegiat dan Pemerhati Budaya di Papua, Marshal Suebu di Sentani mengatakan, jika laporan periodik soal Noken tidak dikerjakan, maka status Noken Papua sebagai warisan dunia akan dicabut oleh UNESCO.
Oleh sebab itu, kata Marshall, pihaknya sebagai salah satu anggota tim Pemerintah Pusat sebagai Pelapor Periodik Noken ke UNESCO dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi RI melalui Dirjen Kebudayaan, dan Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah XXII Papua, Komunitas Noken Papua (KONOPA), Sanggar Seni Reymai serta para pemerhati lainnya telah melakukan pertemuan awal pada 19 Februari lalu di Jayapura secara Daring.
“Pemerintah indonesia harus membuat laporan secara periodik empat tahunan terkait program kerja dan, pelestarian dan pengembangan Noken kepada UNESCO. Yang mana jatuh tempo pelaporannya pada 15 Desember 2024,” ujar Marshall di Sentani, Senin (26/2/2024).
Laporan empat tahunan ini, kata Marshall sudah dilaksanakan sejak 2012, 2016, 2020, dan saat ini 2024. Dan yang menjadi prioritas utama dalam pa laporan tersebut mencakup lima hal penting seperti Pembudidayaan dan Penangkaran Tanaman Bahan Baku Pembuatan Noken, Sosialisasi nilai penting dan luhur, melalui kegiatan seratus remaja merajut noken, sosialisasi bagi Pramuka, sosialisasi Noken Masuk Sekolah (Nomase).
“Saat ini pengembangan melalui hutan katanopi atau hutan koleksi tanaman Noken Papua, yang menyediakan tanaman bahan baku untuk pembuatan noken, meski sebaran dan jumlahnya masih terbatas,” katanya.
Selain itu juga, lanjut Suebu, pihaknya akan melaporkan Upaya Inventarisasi Noken di wilayah adat Tabi, melaporkan upaya peningkatan kewirausahaan sosial Noken Papua serta mempersiapkan tokoh yang representatif untuk mendapatkan penghargaan Budaya Noken.
“Lima hal penting ini yang menjadi fokus kami sebagai bahan laporan juga kepada tim pusat, semua nya dilakukan secara kolaboratif dan swadaya oleh KONOPa dan sanggar seni Reymai tanpa ada alokasi dana khusus,” ujarnya.
Dia berharap, semua pihak dapat berpartisipasi penuh dalam pelestarian dan pembinaan serta pengembangan Noken Papua secara masif di segala bidang. Noken tidak hanya digunakan sebagai pelengkap fasilitas pendukung lainnya, tetapi bagaimana dengan ketersediaan bahan bakunya, lalu pengembangan ekonomi kreatif bagi masyarakat yang meningkatkan barat hidup mereka dengan merajut dan menganyam Noken sebagai barang produksi yang bernilai ekonomi. Dan ada penghargaan bagi mereka yang betul-betul melibatkan diri mereka untuk bersama menjaga warisan dunia ini.
“Harus ada kesungguhan terkait upaya perlindungan dan pelestarian noken papua warisan budaya dunia. Pemerintah pusat, pemerintah daerah (Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Pegunungan), Dewan Adat dan Lembaga Masyarakat Adat, MRP, DPRP, DPRD, dan seluruh masyarakat,” ujar Suebu. (*)