Seorang mahasiswa internasional asal Papua di Aotearoa Selandia Baru berhasil menyelesaikan pengabdian ratusan jamnya untuk sebuah organisasi nirlaba di bidang agrobisnis.
Pengalaman itu telah membuka pintu bagi peluang karirnya yang baru.
Arnold Yoman, 19, datang ke Selandia Baru pada tahun 2019 dari ibukota Provinsi Papua, Jayapura. Ia datang atas beasiswa pemerintah Indonesia untuk belajar di Awatapu College di Palmerston North.
Departemen Internasional Awatapu College memiliki program di Manawatū yang melibatkan siswanya dalam praktek bisnis selama musim panas pertama mereka terpisah dari teman dan keluarganya di luar negeri.
Yoman — putra bungsu Pendeta Socratez Yoman, Presiden Persekutuan Gereja-Gereja Baptis di Papua Barat, yang sempat mengunjungi Selandia Baru pada 2016 — mulai menjadi sukarelawan di Wholegrain Organics ketika dia tidak bisa pulang karena perbatasan ditutup saat awal pandemi Covid-19.
“Saya disambut menjadi sukarelawan oleh pertanian dan kafe Wholegrain Organics dan saya sangat menyukainya dan meminta untuk tetap tinggal setelah liburan selesai,” katanya.
Yoman menjadi sukarelawan di pertanian Wholegrain Organics selama liburan sekolah dan setelah itu menjadi sangat bergairah sekaligus berbakat untuk menekuni hortikultura.
Awatapu College mulai bekerja dengan Wholegrain Organics dan dapat melanjutkan pekerjaannya hingga mendapatkan kredit National Certificate of Educational Achievement (NCEA).
Tanggung jawab Yoman adalah dalam program ‘makanan langsung’ dari Wholegrain Organics, dimana ia bertanggung jawab menanam, memelihara, dan memanen produk organik untuk masyarakat.
Menyelesaikan 500 jam praktek
Yoman akan menyelesaikan lebih dari 500 jam prakteknya pada akhir pekerjaan sukarela itu.
Kini dia berada di tahun terakhir sekolahnya dan ingin melanjutkan studinya di Selandia Baru untuk belajar hortikultura di Universitas Lincoln di Canterbury, tahun depan.
Program ‘makanan langsung’ dari Wholegrain Organics telah berjalan sejak 2015, skema nirlaba yang bekerja dengan kaum muda dalam program komunitas itu meliputi kegiatan seperti pertanian sayuran regeneratif dan dapur pelatihan serta toko makanan.
Pendidik teknologi pangan, nutrisi, dan hortikultura, Gosia Wiatr, mengatakan bahwa mereka senang melibatkan kaum muda karena memberi mereka akses ke kesempatan belajar yang berkualitas dan inklusif.
“Etos kerja Arnold telah menjadi penyemangat bagi anak muda lainnya dalam program ini.
“Siswa internasional selalu menjadi bagian besar dari program kami, jadi kami ingin mendukung siswa yang terpisah dari keluarga mereka selama liburan.
“Kami senang dengan kisah sukses mereka, saat siswa menemukan jalur karir baru, meningkatkan bahasa Inggris mereka dan sebagai hasilnya memperkaya waktu mereka selama di Selandia Baru.” (*)
Sumber: Asia Pasific Report
Discussion about this post