Enarotali, Jubi – Situasi keamanan di daerah di Moanemani, Kabupaten Dogiyai, Papua, Sabtu (12/11/2022) yang dipicu lakalantas yang menewaskan anak Jefri Tebai (4) masih belum kondusif. Pasalnya, pasca-kejadian itu terjadi penghilangan nyawa manusia, pembakaran, pemalangan dan penembakan.
Menanggapi kejadian ini, Dewan Adat Wilayah (DAW) Meepago meminta semua pihak harus mengendepankan nilai kemanusiaan, seperti mencari tahu persoalan agar tidak merembet ke mana-mana.
“Fakta berkata lain bahwa rupanya pertanyaan semacam mengapa terjadi dan di mana letak masalahnya tidak disampaikan secara jelas. Akhirnya, telah terjadi peristiwa susulan sebagai bentuk protes masyarakat atas peristiwa mengenaskan tersebut,” kata Ketua DAW Meepago, Oktovianus Pekei kepada Jubi, Senin, (14/11/2022).
Dalam aksi protes tersebut, akhirnya terjadi beberapa peristiwa susulan yakni pembakaran beberapa rumah, kekerasan fisik yang menghilangkan nyawa seseorang, penembakan yang berdampak pada menghilangkan nyawa seseorang dan pemalangan jalan raya.
Untuk itu, Dewan Adat Wilayah (DAW) Meepago menyatakan pertanyaan pokok yang penting disadari oleh semua pihak yang terlibat dalam situasi tersebut. Kira-kira apa yang dapat diganti dan apa yang tidak dapat diganti? Pertanyaan ini penting direnungkan oleh semua pihak yang terlibat dalam peristiwa yang terjadi di Moanemani tersebut.
“Itu sebab yang tidak dapat diganti ialah nyawa manusia entah siapapun dia dan darimanapun dia. Sedangkan, soal materi berupa gedung (rumah) dapat diganti sekalipun memang membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Dalam hal ini, setiap orang memiliki martabat yang sama yang wajib dihargai dan dihormati entah apapun alasannya. Manusia ialah makluk yang tak tergantikan entah dengan apapun dalam jumlah sebesar berapapun,” ujar Pekei.
Menyadari atas peristiwa kemanusiaan yang telah terjadi di Moanemani, Ibu Kota Kabupaten Dogiyai tersebut, maka pihaknya mengutuk perbuatan entah sengaja maupun tidak sengaja yang telah menghilangkan nyawa seseorang yang terpaksa meninggal dunia.
“Kami menyampaikan semua pihak menghentikan kekerasan fisik maupun non fisik demi pemulihan situasi agar keamanan dan kenyaman masyarakat dapat terbangun agar dapat beraktivitas sebagaimana biasanya,” katanya.
Oktovianus Pekei mengatakan, masalah yang telah terjadi harus diselesaikan secara damai dengan mengedepankan negosiasi dan kompromi demi mencapai penyelesaian masalah secara menyeluruh dengan membangun komitmen bersama menuju Dogiyai yang aman dan damai.
Untuk itu, diharapkan para pengendara baik roda empat maupun roda dua agar mengurangi kecepatan di lingkungan yang ada masyarakat maupun di mana ada kebun masyarakat demi menghindari kecelakaan lalu lintas.
“Sebab masyarakat kita di wilayah pegunungan kini baru beradaptasi dengan suasana kota pasca-pemekaran daerah sehingga banyak masyarakat kita yang masih belum memahami jalur lalu lintas,” kata dia.
Masyarakat lanjut dia, harus mencukupkan diri dengan aksi protes yang telah dilakukan dan menahan diri untuk tidak melakukan aksi-aksi yang berlebihan agar kondisi keamanan masyarakat Moanemani dan sekitarnya semakin pulih, sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
“Aparat keamanan baik Polisi, Brimob dan Tentara wajib menciptakan situasi yang aman dan nyaman bagi masyarakat dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang kiranya tidak diterima oleh masyarakat agar tidak terbangun image negatif atau rasa curiga yang terkesan berlebihan dan bahkan kembali pada ingatan peristiwa sebelumnya,” ujarnya.
Ia berharap DPRD Dogiyai perlu memfasilitasi para pihak yang terlibat dalam peristiwa yang telah terjadi untuk menyampaikan pendapat masing-masing dalam sebuah pertemuan yang terfasilitasi.
Sementara, Sekretaris Dewan Adat Dogiyai, Alexander Pakage mengatakan, saat terjadi peristiwa semua pemangku kepentingan di daerah itu sedang berada di luar daerah, seperti ikut pelantikan tiga Pj Gubernur DOB di Jakarta dan sejumlah kegiatan lainnya.
“Semua pihak kosong di Dogiyai, sehingga wajar saja terjadi keributan yang berkepanjangan. Sehingga tidak ada orang yang bisa menjadi penengah atas peristiwa itu,” katanya. (*)
