Jayapura, Jubi – Pelestarian bahasa daerah akan memperkuat khazanah kebudayaan lokal. Ia merekam berbagai pengetahuan serta kearifan lokal hingga kekayaan kultural dan batin para penuturnya.
Penjelasan itu disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Jayapura Abdul Majid saat pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu, Rabu (17/4/2024). Menurutnya, kepunahan bahasa daerah dapat melenyapkan aset-aset budaya takbenda.
“Bahasa daerah sangat penting dilestarikan karena merekam kearifan lokal, khazanah pengetahuan, dan kebudayaan di Kota Jayapura, serta kekayaan batin penuturnya. Pemerintah bersama para pemangku kepentingan telah banyak melakukan upaya pelestarian bahasa daerah di Indonesia,” kata Majid.
Namun, dia menyadari upaya itu belum optimal, lengkap, dan menyeluruh. Pelestariannya baru mencakup sebagian kecil dari keberagaman bahasa daerah di Indonesia padahal penutur aslinya makin berkurang.
“Jumlah penutur bahasa daerah makin sedikit di Kota Jayapura. Ancaman kepunahannya sangat kuat bila [bahasa daerah] tidak dilestarikan,” ujar Majid.
Festival Tunas Bahasa Ibu merupakan salah satu upaya pemerintah dalam melestarikan bahasa Tobati sebagai bahasa ibu di Kota Jayapura. Kegiatan itu untuk meningkatkan apresiasi para pelajar dan sangar budaya terhadap bahasa dan sastra lokal.
“FTBI [Festival Tunas Bahasa Ibu] merupakan puncak dari rangkaian kegiatan revitalisasi bahasa daerah [di Kota Jayapura]. Tujuan akhirnya ialah memperbanyak penutur aktif yang mau mempelajari dengan suka cita bahasa daerah [Tobati],” kata Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Jayapura Grace Linda Yoku.
Dia menjelaskan FTBI juga bagian dari Program Merdeka Belajar. Kebijakan itu merupakan model pendekatan baru dalam revitalisasi atau pelestarian bahasa daerah di Indonesia, dengan menyasar kepada kalangan muda setempat. Pemerintah ingin menghidupkan kembali minat para generasi muda terhadap penggunaan bahasa ibu.
“Program Merdeka Belajar di Kota Jayapura menggunakan model revitalisasi Tipe C. Model ini dianggap paling tepat dengan situasi kebahasaan di Papua, yaitu tidak ada bahasa [daerah] yang dominan, dan sistem pewarisannya tidak terstruktur. [Selain itu,] banyak bahasa daerah mengalami kemunduran, kritis, dan terancam punah,” kata Yoku.
Merawat warisan budaya
Disdikbud Kota Jayapura telah dua kali menggelar FTBI. Festival tahunan itu menggelar lomba pidato, mendongeng, menulis, dan membaca cerita pendek dalam bahasa Tobati. Para pemenang lomba akan mewakili Kota Jayapura pada FTBI Papua, November mendatang.
Menurut Kepala Subbagian Umum Balai Bahasa Papua Yohanis Sanjoko, generasi muda di Kota Jayapura saat ini sudah sangat jarang menggunakan bahasa daerah dalam pergaulan di masyarakat maupun keluarga. Karena itu, pengajaran mengenai bahasa daerah harus masuk pada materi muatan lokal di sekolah.
“Para pengajarnya bisa dari tokoh masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh pemuda yang betul-betul paham dengan bahasa daerah. Disdikbud juga bisa mengontrak pensiunan guru untuk mengajar bahasa daerah di lembaga pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi,” kata Yohanis.
Dia mengatakan Papua memiliki 428 bahasa daerah. Eksistensinya makin terancam akibat dampak perkembangan zaman dan berkurangnya penutur asli. Jika tidak segera direvitalisasi, bahasa daerah tersebut terancam punah.
“Jika tidak direvitalisasi, 428 bahasa daerah di Papua akan hilang, seiring perkembangan zaman. Revitalisasi bahasa daerah merupakan tahapan strategis [penting] setelah pemetaan, pengukuran daya hidup, dan konservasi bahasa,” kata Yohanis.
Kepala SMP Negeri 2 Jayapura Dorthea Carolien Enok sependapat mengenai pentingnya revitalisasi terhadap bahasa daerah. Menurutnya, penguasaan bahasa daerah sama pentingnya dengan kemampuan dalam berbahasa Indonesia maupun asing.
“Melalui [penguasaan] bahasa daerah, kita dapat mengetahu dari mana kita berasal [akar budayanya]. Di sekolah kami, anak-anak [siswa] biasa menggunakan bahasa daerah [dalam percakapan],” kata Enok.
SMP Negeri 2 Kota Jayapura merupakan pemenang pertama dalam pembacaan cerita pendek dan nyanyian rakyat pada FTBI 2023. Mereka pun kian bersemangat dalam melestarikan bahasa Tobati.
“[Prestasi] ini menjadi motivasi bagi kami dan peserta didik dalam menggunakan bahasa daerah di sekolah. Saya berharap orang tua juga membiasakan penggunaan bahasa daerah di rumah,” ujar Enok.
Asisten III Pemerintah Kota Jayapura Nur Bi Adji saat membuka FTBI berharap generasi muda setempat terus memperkuat pemahaman mengenai bahasa ibu dan budaya lokal. Warisan budaya itu harus senantiasa dijaga dan dilestarikan.
“Bahasa ibu adalah jendela budaya dan identitas bangsa. Karena itu, sangat penting mempertahankan, memelihara, dan menghargai [bahasa daerah sebagai] warisan budaya,” kata Nur. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!