Jayapura, Jubi – Festival Tunas Bahasa Ibu sebagai bentuk memelihara dan meningkatkan sikap positif terhadap bahasa daerah untuk melahirkan generasi muda yang dapat melestarikan budaya dan penutur bahasa daerahnya secara aktif.
Hal itu disampaikan Staf Ahli Wali Kota Jayapura Bidang Pembangunan Ekonomi dan Keuangan, Fredrik Awarawi, yang mewakili Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey, saat menutup Festival Tunas Bahas Ibu, Rabu (25/10/2023).
Festival Tunas Bahasa Ibu berlangsung di Grand Abe Hote Jayapura selama tiga, 23-25 Oktober 2023, diikuti puluhan pelajar jenjang SD, SMP, dan SMA. Festival ini menggelar lomba pidato, mendongeng, cerpen, dan nyanyian rakyat dalam bahasa Tobati, salah satu Bahasa daerah dari suku asli di Port Numbay atau Kota Jayapura.
“Kegiatan tersebut sebagai apreasiasi terhadap bahasa Port Numbay sekalian dalam rangka melestarikan bahasa daerah agar tidak punah,” ujarnya.
Awarawi berharap orang tua mengajarkan bahasa daerah kepada anak-anak dan membiasakan bertutur menggunakan bahasa daerah, agar anak selalu aktif berbicara menggunakan bahasa daerahnya tanpa harus melupakan bahasa Indonesia, guna merawat dan melestarikan warisan leluhur.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Grace Linda Yoku, yang mewakili Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Abdul Majid, mengatakan Festival Tunas Bahas Ibu digelar dalam rangka pelestarian dan revitalisasi bahasa daerah.
“Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak anak di sekolah yang bisa berbicara dalam bahasa Tobati, sekaligus mengetahui sejauh mana antusias dari sekolah untuk mengikutkan peserta didiknya mengikuti lomba ini,” ujarnya.
Dikatakannya, jumlah orang yang bisa berbicara mengingat bahasa-bahasa daerah di Port Numbay sudah di sangat sedikit. Penutur aktif yang tersisa hanya usia tua.
“Tahun depan kami adakan lagi lomba bahasa Tobati, dengan harapan melahirkan tunas-tunas baru penutur aktif, dan keikutsertaan sekolah mengirimkan perwakilannya semakin banyak,” ujarnya. (*)