Jayapura, Jubi – Bidang Kebudyaaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (Bahasa Tobati), Senin (23/10/2023).
Kegiatan yang berlangsung di Grand Abe Hotel, Kota Jayapura, dilaksanakan selama tiga hari, 23-25 Oktober 2023, diikuti puluhan pelajar jenjang SD, SMP, dan SMA. Kegiatan yang dilombakan, yaitu pidato, mendongeng, cerpen, dan nyanyian rakyat.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Grace Linda Yoku, yang mewakili Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Abdul Majid, mengatakan kegiatan ini digelar dalam rangka pelestarian dan revitalisasi bahasa daerah.
“Mengingat bahasa-bahasa daerah di Port Numbay [Kota Jayapura] sudah diambang kepunahan, maka kami menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu. Saya melihat para peserta, baik anak-anak sekolah maupun guru, sangat antusias,” ujarnya.
Dikatakannya, bahasa daerah di Port Numbay memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda antara satu bahasa dengan lainnya. Ini menandakan identitas daerah tertentu, baik secara edukatif maupun kultural.
“Pelestarian bahasa untuk menjaga karakter generasi selanjutnya. Ketika penuturan yang lebih tua telah gugur, maka tinggal generasi milenial. Bila tidak diajarkan bahasa daerah sejak dini maka bahasa itu menuju kepunahan dan akan tinggal cerita,” ujarnya.
Dilanjutkannya, agar generasi milenial fasih menggunakan bahasa daerah dan tetap hidup di tengah-tengah masyarakat yang heterogen, maka menjaga ciri khas bahasa mutlak supaya tetap terjaga dan budaya tidak luntur.
“Penggunaan bahasa sudah mulai luntur. Jarang sekali orang tua mengajarkan bahasa daerah kepada anaknya. Tidak hanya pendidikan di sekolah tapi juga di lingkungan keluarga harus membiasakan anak mengunakan bahasa daerah agar penuturnya semakin banyak,” ujarnya.
Menjaga bahasa daerah, dikatakannya, yang efektif adalah keluarga, karena sebagian besar keluarga masih dalam satu rumpun yang sama, sehingga memegang peranan penting menjaga bahasa daerah sebagai identitas, ciri khas, alat komunikasi, dan instrumen selama berabad-abad hingga ribuan tahun lewat lisan dan tulisan.
“Jadi, kita warga Port Numbay [Kota Jayapura] harus menjaga bahasa daerah mulai dari keluarga dalam percakapan sehari-hari, maka otomatis anaknya akan lancar, fasih, dan paham aturan budaya, adat, dan seni di kampungnya,” jelasnya.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Keuangan Setda Kota Jayapura, Widhi Hartanti, yang mewakili Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey, mengajak masyarakat agar menjaga dan melestarikan bahasa ibu.
“Dengan demikian bahasa daerah di Kota Jayapura dapat terus eksis di tengah-tengah masyarakat. Sangat disayangkan apabila anak-anak Port Numbay tidak bisa, bahkan tidak tahu bahasa daerahnya sendiri,” ujarnya.
Widhi berharap kepada para orang tua untuk membiasakan anak-anak mereka berkomunikasi dengan bahasa daerah. Selain di lingkungan keluarga, guru-guru di sekolah juga harus sering-sering berkomunikasi dengan bahasa daerah terutama bahasa Port Numbay agar terbiasa.
Widyabasa Ahli Madya Balai Bahasa Papua, Antonius Maturbongs, mengatakan Festival Tunas Bahasa Ibu merupakan implementasi dari kurikulum merdeka belajar episode 17.
“Empat bulan yang lalu kami sudah melakukan pelatihan guru utama revitalisasi Bahasa Tobati, dan ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura. Harapan kami dapat melahirkan tunas-tunas baru penutur bahasa khususnya Bahasa Tobati,” katanya.
Antonius menambahkan pemenang Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Kota Jayapura akan diikutkan pada Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Papua pada bulan November tahun 2023, yang diikuti oleh 9 kabupaten kota, yang dipusatkan di Kota Jayapura.
Para pemenang tingkat Papua akan diikutkan lagi pada festival tingkat nasional pada tahun 2024 di Jakarta. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!