Jayapura, Jubi – Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Provinsi Papua menyediakan layanan ‘call center’ atau pusat panggilan untuk penanganan HIV/AIDS di Kota Jayapura. ‘Call Center’ melalui nomor 08114897788 itu berfungsi menjawab pertanyaan dari masyarakat melalui telepon dan menggiring seseorang yang mengalami risiko tinggi terjangkitnya virus HIV/AIDS ke fasilitas kesehatan terdekat.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura dr Ni Nyoman Sri Antari kepada Jubi di sela penutupan acara ‘Pelatihan Bagi Kelompok Komunitas Dukungan Sebaya 2023’ di Grand Abe Hotel, Abepura, Kota Jayapura, Jumat (20/10/2023).
Antari menjelaskan pada 2023 tercatat kumulatif 7.761 orang di Kota Jayapura yang terdeteksi terjangkit HIV atau (Human Immunodeficiency Virus). Sedangkan 5.761 lainnya belum terdeteksi. Dari 7.761 yang terdeteksi, sebanyak 2.387 orang masih hidup. Sebanyak 1.129 orang di antaranya telah melakukan pemeriksaan VL HIV atau tes viral load untuk mengetahui jumlah virus di dalam darah ODHIV (Orang Dengan HIV) atau AIDS.
“Yang bagusnya dari tes itu, sebanyak 843 orang menurun jumlah virusnya,” katanya.
Antari mengatakan Dinas Kesehatan Kota Jayapura mengadakan kegiatan ‘Pelatihan Bagi Kelompok Komunitas Dukungan Sebaya 2023’ dengan tujuan penanganan HIV/AIDS di Kota Jayapura komprehensif [luas dan lengkap)], mulai dari penemuan kasus hingga pengobatan bisa berjalan seumur hidup.
“Karena belum ada obat untuk menyembuhkan dan tidak selamanya kami menjaga mereka, maka sebaiknya dibuatkan Kelompok Dukungan Sebaya, terutama mereka yang memang mengalami penyakit,” katanya.
Dengan ‘Kelompok Dukungan Sebaya’, kata Antari, mereka bisa menceritakan kepada yang sama supaya tidak menyebarkan virus kepada teman yang lain yang masih sehat. “Cukup di kita saja.”
Pelatihan, kata Antari, setidaknya menambahkan pengetahuan anggota komunitas agar mereka bisa dibawa kepada masyarakat sebagai ‘Duta HIV/AIDS’. Sebab, pada 2022 tercatat penambahan 1.984 kasus.
“Ini akan terus meningkat dan masih banyak yang belum menyadari berhubungan badan tanpa pengaman atau kondom dan penggunaan jarum suntik secara bergantian itu beresiko,” katanya.
Penanganan masalah HIV/AIDS di Kota Jayapura, lanjut Antari, perlu sinergitas dan kolaborasi seluruh elemen, baik pemerintah maupun KPA, LSM, dan pihak keagamaan.
Ia menjelaskan HIV merupakan retrovirus yang menjangkit sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia dan menghambat fungsinya. HIV dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) jika pengidapnya tidak segera mendapatkan perawatan yang tepat.
“Kami semua berharap agar virus HIV/AIDS ini segera ditemukan obat penyembuhannya agar tidak meningkat terus setiap tahun,” katanya.(*)