Jayapura, Jubi – Sejumlah perusahaan tambang laut dalam yang tengah melakukan eksplorasi di Kepulauan Cook dituduh menggunakan dana amal untuk mengubah persepsi publik tentang rencana penambangan laut dalam di sana. Salah satu perusahaan tambang itu membantah, dan menyatakan dana yang dikucurkan perusahaannya serupa dengan dana amal entitas bisnis lain yang mensponsori acara.
Radio New Zealand pada Jumat (14/3/2025) melansir berita “Cook Islanders ‘completely sucked in’: Deep sea mining companies accused of infiltrating society” yang mengutip pernyataan Presiden Komunitas Te Ipukarea, June Hosking. Menurut Hosking, berbagai perusahaan tambang laut dalam yang tengah melakukan eksplorasi di Kepulauan Cook “pada dasarnya sudah menyusup ke berbagai lini kehidupan masyarakat.”
Hingga kini, belum ada perusahaan tambang laut dalam yang melakukan eksploitasi tambang di Kepulauan Cook. Selama empat tahun terakhir, berbagai perusahaan tambang itu baru melakukan ekplorasi tambang di sana. Seiring berlanjutnya eksplorasi, opini publik memanas, ditandai dengan protes dalam Konferensi Mineral Bawah Air yang diselenggarakan di Rarotonga pada tahun lalu.
Salah satu perusahaan tambang yang melakuan eksplorasi di Kepulauan Cook, CIC Ocean Research telah mendirikan yayasann baru yang menyalurkan dana amal mereka. Yayasan itu dinamai Te Rito o Taku Peu Tupuna (berarti “kekayaan budaya”), dan didirikan untuk mendukung berbagai proyek masyarakat di Kepulauan Cook. CIC Ocean Research tersebut telah mensponsori beberapa inisiatif komunitas lokal, termasuk festival budaya tahunan Te Maeva Nui yang berlangsung selama sepekan.
June Hosking mengatakan bahwa anggota masyarakat yang sebelumnya menolak rencana penambangan laut dalam telah terpengaruh dengan berbagai bentuk kucuran dana amal CIC Ocean Research. “Saya diberitahu [sejumlah tokoh] bahwa ‘orang-orang [perusahaan] ini hebat. Kami akhirnya mendapatkan dukungan untuk budaya kami dan mereka benar-benar membantu budaya kami’. Orang-orang benar-benar terpikat olehnya. Itu cerdik dan jelas telah direncanakan sejak lama,” kata Hosking.
Tudingan Hosking itu dibantah oleh Manajer Nasional CIC Ocean Research, Shona Lynch. Menurut Lynch, dana yang dikucurkan CIC Ocean Research melalui yayasannya tidak berbeda dengan dana sosial yang dikucurkan perusahaan swasta lain seperti Vodafone Cook Islands yang mendukung berbagai proyek.
“Jika Anda tidak melakukan apa pun, Anda akan dituduh. Jika Anda melakukan sesuatu, Anda tetap akan dituduh,” ujarnya.
Lynch menyatakan pihaknya hanya membantu warga Kepulauan Cook yang membutuhkan. “Setiap hari ada saja orang yang mengetuk pintu rumah kami untuk mencari dukungan, dan salah satu hal yang dijanjikan CIC sebagai perusahaan adalah kami akan membantu semampu kami,” katanya.
“Jika kami disebut mencoba memengaruhi masyarakat, menurut saya itu bukan pernyataan yang adil, setidaknya dari sudut pandang CIC. Ingat, kami juga warga Kepulauan Cook. Kami bagian dari masyarakat, dan jika ada daerah yang ingin didatangi orang untuk meminta bantuan, kami akan berusaha datang membantu,” kata Lynch.
Kritikan tidak hanya ditujukan kepada perusahaan tambang seperti CIC, namun juga ditujukan kepada tokoh yang menerima kucuran uang CIC. Pemimpin budaya Kepulauan Cook, Michael Tavioni menyatakan dia dituduh menerima suap karena CIC telah membiayai penerbitan dua buku karangan Tavioni. Ia mengatakan tidak terpengaruh oleh berbagai tuduhan itu.
“Saya ingin sekali disuap. Saya butuh uang untuk memperbesar wānanga saya, memperbesar galeri saya, dan memperbesar bengkel saya untuk anak-anak agar saya bisa mengajarkan budaya saya,” katanya.
Tavioni, yang terkadang menulis untuk surat kabar lokal, mengatakan bahwa ketika ia menulis tentang manfaat penambangan laut dalam di Kepulauan Cook, ia hanya mendorong diskusi publik yang lebih luas.
Penelitian akan dilanjutkan
Manajer Nasional CIC Ocean Research, Shona Lynch mengatakan bahwa berbagai data hasil tiga tahun eksplorasi laut dalam Kepulauan Cook akan disusun dalam laporan lingkungan pada akhir fase eksplorasi lima tahun. Menurutnya, eksplorasi itu meneliti cara untuk menambang nodule (batuan mineral di dasar laut, biasanya berupa lapisan mineral mangan atau besi) tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan.
Ia mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa fase eksplorasi selama lima tahun itu akan serta merta diikuti dengan kegiatan tambang atau eksploitasi. Menurutnya, hal itu bergantung hasil penelitian dalam eksplorasi serta kebijakan Pemerintah Kepulauan Cook. “Saya tidak berpikir penelitian akan pernah berhenti,” kata Lynch.
Lynch mengatakan dia akan memiliki gambaran yang lebih baik setelah tahun terakhir fase eksplorasi. “Ada banyak bagian yang bergerak, masih banyak informasi yang perlu dikumpulkan.”
Talanoa membahas tambang laut dalam
Penambangan laut dalam telah menjadi bahasan para pemimpin Pasifik yang bertemu dalam talanoa di Suva, Ibu Kota Fiji, pada bulan lalu. Talanoa adalah bentuk diskusi khas masyarakat adat Pasifik yang melibatkan semua orang yang berbeda pendapat untuk saling berbagi pandangan yang berlawanan. Talanoa adalah forum diskusi yang sejak awal tidak dibebani tujuan untuk menghasilkan kesepakatan.
Dalam talanoa penambangan laut dalam di Suva itu, berbagai negara di Pasifik mengemukakan pandangan yang berbeda menyikapi praktik tambang laut dalam. Negara seperti Palau, Fiji, dan Vanuatu menyerukan pentingnya penerapan jeda kehati-hatian terhadap rencana tambang laut dalam. Di pihak lain, negara lain seperti Kepulauan Cook dan Nauru justru sedang menjajaki gagasan penambangan laut dalam.
Phil McCabe dari Deep Sea Conservation Coalition mengapresiasi bahwa perbedaan pandangan negara-negara Pasifik dalam menyikapi penambangan laut dalam telah dibahas dalam talanoa regional. “Dialog itu dibingkai sebagai dialog yang terbuka dan inklusif, [sehingga akan menjadi] hal yang hebat karena isu ini telah menjadi topik yang sangat hangat dan cukup memecah belah kawasan ini. [Talanoa] itu benar-benar langkah positif, bahwa kawasan ini bersatu untuk mulai membahas isu [penambangan laut dalam],” ujar McCabe.
Sayangnya, demikian menurut McCabe, organisasi masyarakat sipil belum dilibatkan dalam talanoa penambangan laut dalam di Suva itu. Talanoa itu akhirnya menghasilkan kesimpulan umum yang mengatakan “Talanoa sepakat tentang pentingnya menyeimbangkan masalah lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya.”
McCabe mengatakan berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi semua negara Pasifik, mereka berkewajiban melindungi lingkungan laut. “Tidaklah sah [bagi suatu negara] untuk secara sengaja dan sadar merusak lingkungan laut. Tidak ada rujukan dalam hukum untuk menyeimbangkan keinginan, kebutuhan, dan hasrat ekonomi dengan kewajiban untuk melindungi lingkungan,” ujarnya.
RNZ Pacific telah menghubungi Otoritas Mineral Dasar Laut Kepulauan Cook, badan pemerintah yang bertugas mengatur aktivitas mineral dasar laut. Akan tetapi, badan itu menyatakan tidak akan memberikan komentar kepada media internasional, karena semakin besarnya pemberitaan terkait masalah eksplorasi tambang laut dalam di Kepulauan Cook.(*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!