Jayapura, Jubi-Pemimpin Oposisi di Parlemen Solomon di Honiara, Matthew Wale, sangat menyesalkan tindakan pemerintah yang ceroboh dalam menangani aktivitas penambangan nikel baru.
“Dalam pernyataannya minggu ini, Wale mengungkapkan kesedihannya atas kurangnya pengetahuan dan pengawasan Pemerintah di sektor ini,”demikian dikutip jubi dari solomonstarnews.com, Senin (11/12/2023).
Berbicara di Parlemen pada pekan lalu, Wale bertanya kepada Menteri Pertambangan tentang perkiraan nilai pasar nikel dan mineral berharga lainnya yang mungkin hilang dalam proses ekspor.
Namun, baik Menteri Pertambangan maupun Menteri Keuangan belum dapat memberikan jawaban yang jelas mengenai harga dan jenis mineral ikutan lainnya yang diekspor.
“Saya sangat sedih. Untuk pemilik tanah, provinsi, dan negara kita,”
“Bangsa kita merugi, provinsi kita merugi, rakyat merugi, dan kita masih belum mengambil tindakan bersama,” Wale.
Wale menekankan, tindakan Pemerintah telah membuat negara ini rentan dan terkena lebih banyak kehilangan pendapatan.
“Bagaimana bisa kapal pertama sudah berlayar, membawa tanah kami, namun kami masih belum tahu apa-apa tentang mineral berharga yang dibawanya? Kita seharusnya sudah mengetahui informasi ini sebelum sekop pertama menyentuh tanah,” Wale menekankan.
Wale menyimpulkan, pemerintah harus menghentikan penambangan dan pengiriman sampai ada pemahaman yang jelas mengenai informasi dan peraturan terkait yang berlaku.
“Tidak seperti sebuah kekuatan yang mungkin tumbuh kembali dalam 20 atau 30 tahun, tanah kami yang dikirim ke Tiongkok tidak akan pernah kembali,”katanya.
“Ini adalah kesalahan pengelolaan sumber daya strategis negara. Kita tidak punya banyak, jadi apa yang kita punya harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk seluruh pemangku kepentingan,” tutup Wale.
Projek nikel Kolosori, Pulau Isabel
Mengutip laman mining-technology.com menyebutkan, proyek nikel Kolosori merupakan tambang terbuka yang sedang dikembangkan di Pulau Isabel, Kepulauan Solomon. Properti tersebut terletak pada izin pertambangan ML 02/22, yang dimiliki oleh Tambang Nikel Pasifik Kolosori (PNMK, 80 persen) dan pemilik tanah tradisional (20 persen). PNMK merupakan anak perusahaan perusahaan pertambangan Australia Pacific Nickel Mines.
Studi penjajakan untuk proyek ini selesai pada November 2021, sementara izin pengembangan yang diperlukan telah diterima dari Divisi Lingkungan dan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup Kepulauan Solomon pada Desember 2021.
PNMK mendapatkan sewa penambangan untuk proyek tersebut dari Kementerian Pertambangan, Energi, dan Elektrifikasi Pedesaan pada September 2022. Studi kelayakan definitif (DFS) untuk proyek tersebut diumumkan pada Februari 2023.
Proyek direct shiping ore (DSO) nikel laterit diperkirakan mempunyai umur tambang selama enam tahun. Diperkirakan memerlukan investasi awal sebesar $21,3 juta.
Konstruksi proyek ini dimulai pada Agustus 2023, dan operasi diperkirakan akan dimulai pada Oktober 2023. Tambang ini diperkirakan akan memproduksi sekitar 1,5 juta metrik ton basah DSO per tahun.
Proyek nikel Kolosori terletak di ujung selatan Pulau Isabel di Kepulauan Solomon, sekitar 170 km dari ibu kota Honiara.
Proyek ini berada dalam izin pertambangan ML 02/22, yang mencakup area seluas 15,13 km².
Deposit Kolosori memiliki profil laterit tropis basah yang terbentuk melalui pelapukan kimiawi batuan ultrabasa. Pengayaan nikel dan kobalt di deposit terjadi melalui proses sisa dan supergene.
Mineralisasi nikel terdapat dalam bentuk lapisan sempit dengan ketebalan berkisar antara 1m hingga 8m dan dilapisi oleh tanah setebal 1m-5m dan lapisan penutup limonit. Batuan ultrabasa terdiri dari harzburgit yang sangat terserpentinisasi bersama dengan sejumlah kecil dunit, wehrlit, dan piroksenit yang terserpentinisasi secara bervariasi.
Cadangan bijih terbukti dan terkira di Kolosori diperkirakan mencapai 3,7 megaton (Mt) (basah) dan 2,7 Mt (kering) dengan kadar 1,6 persen nikel dan 21 persen besi, per Januari 2023.(*)