Jayapura, Jubi – Sejumlah pedagang sayur di pinggiran jalan mengaku sering diperas para pemabuk. Mereka terpaksa memberi uang demi keselamatan jiwa dan barang dagangannya.
Sugiono, 28 tahun, seorang penjual sayur mengatakan sejumlah pedagang pernah menjadi korban kekerasan dari para pemabuk. Mereka dipukuli karena tidak memberi uang.
“Palak-palakannya [nilai pemerasannya] kadang Rp10 ribu, kadang Rp20 ribu. Kebanyakan [pemerasannya] pas hari Minggu. Banyak teman saya jadi korban di sini. [Mereka] dipukuli sampai rahangnya patah,” kata Sugiono, Jumat (20/10/2023).
Sugiono berjualan sekitar pukul 07.00–21.00 Waktu Papua. Dia menggunakan sepeda motor dan setiap hari mangkal di depan sebuah toko di pinggir Jalan Raya Entrop, Kota Jayapura.
Pria asal Jember, Jawa Timur tersebut membeli sejumlah sayur seharga Rp4.000 seikat di Pasar Youtefa untuk dijual kembali seharga Rp.5.000 seikat. Dia juga menjual berbagai jenis rempah dan bumbu dapur.
Menurut Sugiono, lokasi tempatnya berjualan sangat rawan saat malam. Itu sebabnya dia hanya berani berjualan hingga pukul 21.00 Waktu Papua.
“Kami pulang saat toko sudah tutup [pukul 21.00 Waktu Papua]. Jika tetap berjualan, banyak orang mabuk [berkeliaran, dan memeras],” ujar Sugiono.
Pemerasan juga dialami Arti Kinasi, 29 tahun. Dia mengaku sering memberi uang kepada pemabuk.
Arti berdagang sayur dengan mobil bak terbuka di pinggir Jalan Garuda, Distrik Abepura. Setiap hari, perempuan asal Jember, Jawa Timur tersebut berjualan sekitar pukul 07.00-18.00 Waktu Papua.
“Tantangannya [risiko berjualan] cuma sama [menghadapi] orang mabuk. Mereka biasa minta kerupuk, atau uang. Mintanya [uangnya], sih tidak banyak, paling Rp5.000,” katanya
Arti telah berjualan sekitar tiga tahun di lokasi tersebut. Dia membeli bayam, kangkung, dan sawi seharga Rp4.000 seikat dari petani langganannya. Sayur-sayur itu kemudian dijualnya kembali seharga Rp5.000 seikat. (*)