Jayapura, Jubi – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia – Walhi Papua menggelar pelatihan investigasi masalah lingkungan kepada sejumlah lembaga swadaya masyarakat – LSM dan media di Hotel @Hom, Tanah Hitam, Jayapura, Rabu (8/3/2023).
Kegiatan yang dijadwalkan selama dua hari itu mendorong aktivis LSM dan jurnalis mampu mengolah data temuan lapangan (terkait masalah lingkungan) dan menyajikannya (menyampaikan hasil investigasi) ke publik secara menarik.
Pemateri atau narasumber merupakan aktivis Eyes on the Forest – organisasi koalisi Walhi, WWF dan Jikalahari Riau, dan ada pula narasumber dari Majalah Tempo.
Direktur Walhi Papua, Maikel Primus Peuki menyatakan bahwa pelatihan tersebut merupakan tindak lanjut atas beberapa hasil temuan terkait pelanggaran lingkungan yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan di Papua khususnya. Diharapkan melalui pelatihan investigasi, temuan data awal itu dapat diolah dan disajikan secara baik.
“Nah saat ini kami mengajak kawan-kawan LSM dan media untuk bagaimana melihat kembali situasi yang terjadi di Papua dari beberapa kasus yang kita temukan. Saya berharap teman-teman bisa mengikuti dengan baik, dan bisa mendapatkan beberapa pengetahuan yang dibagikan pemateri terkait dengan pengalaman-pengalaman atau teknik-teknik investigasi dan menyajikannya secara baik dan menarik,” kata Maikel.
“Walaupun kita di sini (Papua) tahu bagaimanan situasi daerah sendiri, tapi paling tidak ada teknik atau cara-cara yang bisa didapatkan itu dari kawan-kawan dari luar Papua, sehingga itu bisa membantu kerja-kerja di lapangan dengan cara-cara yang sederhana dan kita bisa meminimalisir risiko,” sambungnya.
Sementara Wakil Koordinator Jikalahari, Okto Yogi Setiap mengatakan, Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi Jaringan Kerja Penyelemat Hutan Riau – Jikalahari, WWF program Riau dan Walhi Riau. EoF basisnya di Riau, karena awalnya ancaman deforestasi yang luar biasa terjadi di sana.
“Berjalannya waktu kami berpikir kerja-kerja EoF punya tujuan yang sama dengan teman-teman jejaring. EoF punya jejaring dengan teman-teman di Jambi, Kalimantan, Sumatera dan Papua. Kehadirannya untuk mengadvokasi isu-isu yang terkait lingkungan. Ini tingkat lanjutannya. Kami ingin berbagai tentang kerja-kerja di Riau,” kata Yogi.
Menurut Yogi, pihaknya telah coba melakukan investigasi terkait pelanggaran lingkungan oleh sejumlah perusahaan di Papua. Hasilnya memang ada temuan dugaan pelanggaran oleh dua perusahaan hutan tanam industri – HTI di Merauke, Papua Selatan.
“Itu yang coba kita dorong bagaimana proses pengumpulan datanya. Lalu bagaimana kita bisa olah dan menyajikan secara menarik, khususnya dengan bantuan dari teman-teman media,” imbuhnya.
Sementara itu Tim EoF, Samsul mengatakan bahwa Eyes on the Forest dan jaringannya di Indonesia kerap melakukan pemantauan lapangan terhadap korporasi HTI dan perusahaan sawit setiap tahunnya. Pemantauan itu bertujuan untuk melihat realisasi komitmen “hijau” yang digaungkan oleh perusahaan-perusahaan HTI dan sawit.
“Dari pemantauan yang dilakukan, memang kami temukan adanya pelanggaran kehutanan baik secara legal maupun ilegal. Salah satunya terkait deforestasi. Deforestasi terjadi karena adanya industri kertas dan minyak sawit,” ungkap Samsul.
Samsul menambahkan, temuan-temuan pelanggaran di lapangan itu tentunya menjadi informasi baru dan dapat menjadi pertimbangan pembuat kebijakan untuk mengambil langkah selanjutnya. Temuan atau hasil investigasi itu perlu menjadi atensi publik sehingga ada presure kepada perusahaan untuk tidak mengulang pelanggaran dan patuh terhadap ketentuan yang berlaku.
“Hasil investigasi kami, masih ada perusahaan yang menebang hutan alam, perusahaan yang arealnya terbakar tapi tidak ada upaya pemulihan. Ada juga temuan menarik, ada perusahaan yang izinnya telah dicabut oleh pemerintah, tapi mereka masih beroperasi di lapangan,” tutup dia. (*)