Sentani, Jubi – Keberadaan Stadion Bas Youwe di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, yang menjadi tempat pelaksanaan sejumlah kegiatan Kongres Masyarakat Adat Nusantara atau KMAN VI dimanfaatkan oleh para perajin dan penjual barang cinderamata. Berbagai cinderamata yang dijual di tenda Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di stadion itu pun laris dibeli para peserta KMAN VI.
Salah satu pedagang kaos, Rusmiati yang menempati tenda di halaman depan Stadion Bas Youwe (SBY) mengaku setiap hari membawa 100 buah kaos dengan logo KMAN VI. Kaos dalam beragam ukuran itu pun ramai dibeli pesertan KMAN VI.
Rusmiati mengaku sejak jauh hari memesan kaos polos itu dari luar Papua. Sedangkan logo KMAN VI dicetak di Jayapura dengan teknik sablon/cetak saring, sehingga kaos dagangannya menjadi cinderamata khas KMAN VI. “Harganya berfariasi, [bergantung] ukuran, [namun] tidak lebih dari Rp200 ribu, ” ujar Mia, sapaan akrab Rusmiati saat ditemui di tenda tempanya berjualan, Sabtu (29/10/2022).
Mia mengatakan sejak awal pembukaan KMAN VI ia mendapatkan keuntungan dari berjualan kaos. Pada saat pembukaan KMAN VI pada 24 Oktober 2022 lalu, 200 kaos yang dijual Mia ludes dibeli peserta. “Setiap baju kaos untungnya hanya Rp20 ribu hingga Rp30 ribu, dari modal yang dikeluarkan untuk membeli baju kaos polos,” jelasnya.
Ibu dua anak yang tinggal di Kampung Toladan, Sentani, itu mengaku senang berjualan di arena KMAN VI. Pasalnya, ia kerap bertemu dengan para kerabatnya, para peserta KMAN VI yang datang dari Sulawesi.
“Saya sudah 35 tahun di Sentani, karena lahir dan besar serta hidup dengan masyarakat adat di Sentani. Sekitar empat tahun lalu, [saya] sempat ke kampung [kerabat] di Sulawesi Tengah, tetapi hanya seminggu saja,” katanya.
Menurutnya, kaos jualannya akan menjadi kenang-kenangan bagi para peserta KMAN VI, dan juga bisa diberikan sebagai buah tangan atau cinderamata. Sepanjang penyelenggaraan KMAN VI, Mia juga kerap memberikan kaos dagangannya kepada kerabat atau teman yang menghadiri KMAN VI.
“Ada keluarga dan teman juga yang hadir dan terlibat dalam kegiatan itu. Mau tidak mau, sebagai oleh-oleh dan kenang-kenangan, satu-dua kaos diberikan juga secara gratis. Untung penjualan [saya] hanya untuk kebutuhan hari-hari di rumah,” kata Mia.
Hal senada juga disampaikan oleh Kristina, perajin cinderamata seperti anting-anting, kalung, dan gelang berbahan kerang laut. Ia juga menjual bingkai atau pigura foto berbahan kerang dan bekel laut. Ia merasa senang karena bisa turun menghadiri KMAN VI, dan bertemu dengan wakil masyarakat adat dari berbagai wilayah Nusantara.
“Modalnya tidak begitu besar, karena bahan bakunya mudah di dapat dipinggir pantai. Hanya bahan baku lem, kertas, dan kawat yang kami beli. Sambil jualan, tetapi juga sebagai peserta dalam KMAN Sangat penting bisa bertemu dengan masyarakat adat dari seluruh Nusantara, karena lima tahun mendatang belum tentu kita ikut kongres seperti itu,” ujarnya. (*)
