Merauke, Jubi – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik – Perum Bulog menetapkan target penyerapan beras dari petani Kabupaten Merauke, Papua Selatan sebanyak 26.000 ton di 2023. Proses penyerapan telah dimulai sejak awal Maret ini.
Pemimpin Cabang Bulog Merauke, Firman Mando kepada Jubi, Senin (20/3/2023) menyatakan bahwa petani di beberapa distrik di Merauke seperti Tanah Miring, Semangga dan Kurik telah mulai panen hasil rendengan atau musim tanam pertama di tahun ini. Bulog pun sudah mulai melakukan penyerapan atau pembelian beras dari kalangan petani setempat.
“Saat ini di Semangga, Tanah Miring, Kurik dan sekitarnya memang sudah mulai panen. Kita juga sudah mulai melakukan penyerapan atau pembelian beras dari mitra kerja yakni beberapa pengusaha penggilingan yang ada di kawasan pertanian,” kata Firman.
Dalam bulan ini, kata Firman, Bulog baru menyerap 160 ton beras lokal. Penyerapan masih terus dilakukan hingga akhir musim panen rendengan. Selanjutnya Bulog akan melakukan penyerapan tahap dua pada musim gadu atau musim tanam kedua. Hingga Desember 2023, Bulog menargetkan dapat menyerap 26.000 ton beras dari petani Merauke.
“Ini (penyerapan beras) sudah mulai jalan dari awal Maret. Hingga saat ini kurang lebih 160 ton terserap. Kita akan terus optimalkan penyerapan beras lokal atau beras Merauke baik pada musim rendengan dan gadu. Target kami tahun ini itu sebanyak 26 ribu ton,” ujarnya.
Firman menyebut harga beli dari petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah -HPP terbaru untuk beras senilai Rp9.950 per kilogram, dengan ketentuan beras diterima di gudang Bulog. Harga pembelian beras terbaru yang ditetapkan pemerintah itu mengalami peningkatan dibanding tahun lalu yang hanya Rp8.300 per kilogram.
“Harga pembelian beras oleh pemerintah saat ini sudah cukup baik, yang tadinya HPP untuk beras Rp8.300 per kilogram, sekarang sudah dinaikkan oleh pemerintah dengan fleksibilitas harga sebesar Rp9.950 per kilogram, diterima di gudang Bulog,” tuturnya.
“Mudah-mudahan dengan adanya perubahan harga ini di tingkat hulu sampai hilir bisa merasa baiklah, artinya petani untung dan pengusaha penggilingan juga untung. Itu yang kita harapkan sehingga proses penyerapan juga oleh Bulog bisa lebih optimal,” sambung Firman.
Terkait produktivitas beras Merauke, Firman mengungkapkan bahwa penyerapan beras oleh Bulog di tahun sebelumnya cukup kecil. Beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti cuaca dan harga yang belum fleksibel dinilai sebagai penyebab turunnya produktivitas beras di tingkat petani setempat.
“Kalau dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya memang jauh, mestinya di bulan- bulan Maret seperti sekarang ini sudah ribuan ton beras yang masuk di gudang Bulog. Perbandingannya sangat jauh. Apakah dipengaruhi oleh cuaca dan sebagainya, ya kita masih koordinasi dengan dinas pertanian, karena data terkait luas tanam dan luas panen itu ada di mereka,” kata dia.
Dari sisi kualitas, tambah Firman, beras Merauke sudah sesuai standar yang dipersyaratkan oleh pemerintah. Syarat untuk beras medium antara lain kadar air maksimal 14 persen, butir patah atau broken maksimal 20 persen, butir menir maksimal 2 persen, dan derajat soso maksimal 95-100 persen.
“Beras Merauke sudah memenuhi standar yang dipersyaratkan itu, jadi saya kira dari sisi kualitas beras Merauke sudah cukup baik dan sudah sesuai standar,” tutupnya. (*)