Wamena, Jubi – Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Petra Baliem Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, melalui tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) mengembangkan sebuah inovasi diversifikasi pengolahan ubi jalar yang dibuat menjadi keripik, dan dikemas menjadi produk yang siap saji dan dipasarkan ke masyarakat.
Ketua tim dan juga dosen STIPER Petra Baliem Wamena Inrianti mengatakan ubi jalar merupakan salah satu komoditas utama dan unggulan bagi masyarakat Lembah Baliem Wamena, dan pada umumnya di kawasan Papua Pegunungan karena dijadikan sebagai bahan pangan utama yang dikonsumsi setiap hari sebagai pengganti beras.
“Kandungan ubi jalar yang paling banyak adalah karbohidrat [pati], sehingga sangat cocok untuk dijadikan tepung yang berkualitas sebagai pengganti tepung beras dan tepung lainnya. selain itu, ubi jalar juga mengandung vitamin A, vitamin C, dan mineral Ca,” katanya.
Pengolahan ubi jalar menjadi tepung pengganti terigu bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai jenis makanan lokal dibuat dengan bahan dasar utama dari ubi jalar, baik yang dibuat tepung maupun yang diolah secara langsung.
“Ubi jalar biasanya dijadikan bahan makanan pokok saat acara-acara adat atau kegiatan lainnya seperti syukuran pernikahan, duka, kelulusan dan kegiatan lainnya. Ubi jalar dimasak dengan cara dipanaskan menggunakan batu yang telah dibakar biasanya dikenal dengan nama ‘Bakar Batu’ dan disajikan bagi tamu yang datang saat acara syukuran, bahkan disajikan untuk keluarga yang mengucap syukur,” katanya.
Oleh karena pengolahan ubi jalar di Lembah Baliem dan sekitarnya didominasi dengan olahan bakar batu atau direbus, maka diperlukan sebuah inovasi baru dalam mengolah ubi jalar, agar menjadi produk yang lain yang memiliki nilai tambah dan berpotensi ekonomi secara nasional.
“Produk yang dimaksudkan adalah keripik ubi jalar dengan berbagai varian rasa, khususnya varian pedas manis dengan menggunakan bumbu balado yang dikemas secara rapi dan menarik serta higienis,” katanya.
Ia mengatakan Tim PKM STIPER Petra Baliem merasa tertantang untuk melakukan sebuah inovasi di daerah Wamena, sebagai daerah yang kaya akan ubi jalar untuk membuat keripik ubi jalar balado sebagai upaya diversifikasi pangan di daerah Wamena pada khususnya, dan Papua Pegunungan pada umumnya.
“Kita lihat di Kampung Isakusa Wamena kebanyakan masyarakat setempat merupakan petani ubi jalar. Ubi jalar di daerah tersebut sangat melimpah dan terjual tanpa adanya kreasi olahan menjadi produk lain berbahan dasar ubi jalar,” katanya.
Salah satu pemuda gereja Orang Muda Katolik (OMK) St. Stefanus Holima di Kampung Isakusa Wamena mengatakan, bahwa masyarakat di Kampung Isakusa belum ada pengalaman mengolah ubi jalar. Untuk itu ia berharap, pelatihan yang diberikan kepada masyarakat tidak hanya berhenti pada pembuatan keripik ubi jalar, akan tetapi sampai pada pengemasan keripik ubi jalar menjadi produk yang siap untuk dipasarkan.
“Masyarakat juga minta agar kegiatan seperti itu terus dilakukan secara berkelanjutan, dengan pengolahan berbagai jenis bahan dasar yang menjadi unggulan di Wamena secara khusus dan Papua Pegunungan secara umum,” katanya. (*)