Sentani, Jubi – Dinas Perhubungan Kabupaten Jayapura mencari solusi yang adil untuk menyelesaikan perselisihan di antara sopir taksi/angkutan umum dan sopir mobil pick-up atau blakos yang mengangkut penumpang. Perselisihan itu terjadi karena mereka saling berebut penumpang dari Terminal Pasar Pharaa, Sentani, Ibu Kota Kabupaten Jayapura, Papua.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten jayapura, Alfons Awoitauw mengatakan pihaknya sedang mencari solusi yang adil untuk menyelesaikan perselisihan antara sopir taksi dan sopir blakos yang mengangkut penumpang. Menurutnya, jasa taksi maupun mobil pick-up sama-sama dibutuhkan masyarakat.
Awoitauw mengakui dari segi aturan perhubungan kendaraan bak terbuka atau pick-up/blakos tidak diperuntukkan untuk mengangkut penumpang. “Kalau mengacu kepada aturan, seharusnya pick up itu tidak diperuntukkan angkat penumpang, Akan tetapi, masyarakat lebih memilih blakos, maka terjadi keributan diantara mereka” katanya.
Awoitauw menjelaskan Dinas Perhubungan Kabupaten Jayapura dan kepolisian akan bekerja sama menertibkan sopir blakos, khususnya blakos yang mengangkut penumpang di trayek/rute angkutan umum seperti taksi. Ia menyatakan akan segera menggelar rapat untuk membahas masalah itu.
Ia mengakui petugas Dinas Perhubungan sering kesulitan membedakan pick-up yang mengangkut keluarga pemilik dan pick-up yang mengangkut penumpang umum. “Kami mau batasi juga bagaimana? Ini kan pilihan masyarakat, jadi kami kesulitan membedakan. Tapi, ke depan kami akan duduk bersama kepolisian untuk mengatur formula agar [para sopir pick-up] lebih tertib dan efektif,” kata Awoitauw.
Menurut Awoitauw, warga membutuhkan jasa mobil pick-up karena banyak permukiman warga terletak jauh dari jalan utama yang menjadi trayek kendaraan umum resmi seperti taksi. Seharusnya, demikian menurut Awoitauw, mobil pick-up hanya mengangkut penumpang yang diturunkan taksi di jalan utama untuk menuju ke permukiman masing-masing warga.
Awoitauw mengatakan pihaknya akan gelar rapat dengan kepolisian untuk merumuskan solusi itu pada Oktober.” Selambat-lambatnya pada November kami akan rapat untuk mengatur formula yang tepat agar pelayanan menjadi lebih efektif.”
Musa Yapo, (40) salah satu sopir taksi trayek Terminal Pasar Pharaa – Depapre, mengaku sangat kecewa dengan petugas Dinas Perhubungan Kabupaten Jayapura yang mengabaikan pick-up mengangkut penumpang. Ia meminta Dinas Perhubungan menegakkan larangan bagi blakos mengangkut penumpang.
Yapo menilai seharusnya Dinas Perhubungan memberikan pelayanan yang baik bagi sopir taksi, dan bukan malah membiarkan mobil pick-up mengangkut penumpang. “Pemerintah seharusnya pikir, kami yang bayar pajak ini diprioritaskan, bukan malah membiarkan sopir blakos angkut penumpang di sini. Kami sudah berkali-kali demo, sampai pernah berkelahi dengan sopir blakos,” ujarnya.
Hal yang sama juga dikeluhkan sopir taksi trayek Terminal Pasar Pharaa – Genyem, Stevie Hendry Cycloop Samonsabra. Menurutnya, Dinas Perhubungan Kabupaten Jayapura semacam tutup telinga dan menggubris aspirasi para supir taksi.
Menurut Samonsabra, penghasilan para sopir angkutan umum sudah berkurang banyak sejak banyak kendaraan pick-up mengangkut penumpang.
“Saya bekerja sebagai supir taksi hampir 11 tahun. Saya melayani rute Terminal Pasar Sentani ke Genyem. Dulu saya bisa mendapatkan keuntungan lebih besar, karena tidak ada blakos [ambil penumpang] di sini. Namun sekarang ini kadang dapat [penumpang], kadang juga tidak dapat penumpang, jadi saya pasrah saja,” katanya.
Warga Kampung Dormena di Distrik Depapre, Jhon Yaroseray (23) yang bekerja sebagai sopir blakos membantah tudingan bahwa sopir blakos mengangkut penumpang di trayek resmi taksi. Ia mengaku hanya mengangkut kerabatnya yang ingin berjualan di Pasar Pharaa, Sentani.
“Kami tidak mengambil penumpang di sini. Kami hanya angkut keluarga yang ingin berjualan ke pasar,” ujarnya. (*)