Nabire, Jubi – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua Jalur adat, John NR Gobai mengatakan, dalam membangun perumahan untuk warga Mimika Wee di Pomako, Pemerintah Kabupaten Mimika dan PT. Freeport Indonesia harus berpangkal pada filosofi kehidupan mereka yakni Sempan, Sagu dan Sungai atau 3S.
“Pembangunan yang bagus itu jangan jauh dari pangkal kebudayaan mereka. Sebab bagi Masyarakat Mimika Wee itu Sungai, Dusun Sagu, dan sampan adalah pangkal kehidupan mereka. Siapa pun tidak bisa menjauhkan mereka, apabila mereka dijauhkan mereka akan menyesuaikan dengan lingkungan baru,” katanya kepada Jubi melalui layanan WhatsApp, Kamis (7/9/2023).
Sagu itu makanan mereka, kemudian sampan itu perahu dan juga sungai adalah tempat sumber hidup mereka. Filosofi sagu, sampan dan sungai haruslah menjadi landasan pembangunan,” katanya lagi.
Gobay mengatakan, apabila pemerintah mau membantu membangun rumah itu, sebaiknya jangan jauh dari sungai, dusun sagu dan sampan.
“Apabila pemerintah mau membangun rumah sekolah, kios, balai pendidikan, poliklinik,dll artinya kita membangun mulai dari perpangkalan budaya agar masyarakat tidak kaku menyesuaikan diri di lingkungan yang berbeda,”.
Gobay mengatakan, sekarang perahu sampan tidak lagi terlihat. Karena sungai mengalami sedimentasi akibat pembuangan limbah Freeport, sehingga sungai menjadi kering.
“Karena kami melihat selama ini bahwa dampak tailing pada yang mengakibatkan Sagu, Sampan dan Sungai (3S) juga terganggu tentunya masyarakat juga akan terancam dari bahaya limbah tersebut,” katanya.
“Padahal perahu sampan (perahu tradisional) digunakan sebagai alat transportasi, penyambung komunikasi antar pulau, untuk ritual adat ketika penguburan mayat, alat berdagang dan barter, serta untuk mencari makanan di laut dan sungai. Sungai bagi Suku Asmat, Sempan merupakan transportasi juga sebagai lokus pemenuhan sumber kehidupan,” katanya.
Menurutnya, warga Mimika Wee, begitu bergantung terhadap Sungai.Sebab di situlah mereka mencari dan mengumpulkan makanan pokok seperti kepiting, ikan, tambelo, udang, dan soa-soa atau biawak.
Gobay mengatakan, sejak Freeport membuang limbah ke Sungai Ajkwa/Wanogong, Otomona pohon-pohon sagu mengering dan menjadi sulit untuk memperoleh sagu. Padahal sagu adalah makanan pokok tradisional Suku Asmat, Sempan dan Mimika. Hari ini , masyarakat harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan Sagu.
“Dengan terpaksa, masyarakat menggunakan perahu-perahu kecil melewati jalur laut. Sedangkan, jalur ini berbahaya, selama 2011-2023 kecelakaan laut terus meningkat,” katanya.(*)