Jayapura, Jubi – Pedagang di Pasar Sentral Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua, mengeluhkan sepi pembeli sejak ramainya pedagang keliling yang menggunakan mobil pick up dan motor.
Seorang pedagang komoditas pertanian, Sri mengaku, sejak dua tahun terakhir ia merasakan dampak dari penurunan penjualan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Bila dalam sehari bisa meraup Rp 3 juta, kini kurang dari Rp 1 juta.
“Sekarang kebanyakan langganan yang beli. Dulu saya bisa jual cabai sampai 100 kilogram. Ditambah lagi pasar sepi seperti ini, sehingga penjualan menurun,” ujar Sri kepada Jubi, Jumat (15/4/2022).
Menurut Sri, kebanyakan pembeli memilih berbelanja langsung dari pedagang keliling karena praktis dan tidak lagi harus mengeluarkan ongkos transportasi, apalagi di masa pandemi Covid-19 sekarang ini.
“Mungkin karena pembeli takut keluar rumah gara-gara ada Covid ini. Saya berharap Covid segera berakhir supaya penjualan saya kembali meningkat seperti dulu, karena kalau tidak laku paling dagangan ini tinggal dibuang saja. Kalau kembali modal syukur,” ujar Sri.
“Kalau bisa ditertibkan, kalau tidak punya izin harus dilarang berjualan supaya mereka [pedagang keliling] tidak seenaknya berjualan. Jadi, harus ada izin baru bisa jualan. Saya berharap ini menjadi perhatian pemerintah daerah,” tambah Sri.
Seorang pedagang sayuran di tempat yang sama, Siska Pekey mengaku, penjualan sayurannya tidak lagi bergairah seperti dulu. Hasil yang didapatnya tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan mulai dari belanja bahan hingga ongkos sewa transportasi.
“Sekarang saya kurangi pengambilan sayur agar tidak banyak yang busuk karena tidak laku terjual, sebab semakin sepi pembeli. Biasanya satu hari saya bisa habiskan sampai 200 ikat [satu ikat dijual Rp 5.000], tapi sekarang mau laku 50 ikat saja habis dua hari,” ujar Pekey.
Menurut pedagang asal Kabupaten Paniai, yang sudah 10 tahun berjualan sayur di Kota Jayapura ini, sepinya pembeli sayuran di lapaknya karena semakin banyaknya pedagang sayur keliling, yang menjajakan dagangannya langsung ke rumah-rumah warga.
“Saya berharap agar ini }pedagang keliling] mendapat perhatian dari pemerintah daerah supaya tidak merugikan kami para pedagang sayur di pasar. Saya beli sayur dari petani Rp 7.000 [ikatan besar] terus saya bagi dua jadi dua ikat, satu ikat saya jual Rp 5.000,” ujar Pekey. (*)
Discussion about this post