Jayapura, Jubi – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Wilayah V Jayapura menyebutkan enam faktor yang mempengaruhi iklim di Provinsi Papua.
Kepala BMKG wilayah V Jayapura, Hendro Nugroho, di Jayapura, Sabtu (16/4/2022), mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca enam faktor tersebut yakni fluktuasi suhu permukaan laut Samudra Pasifik ekuator, Inter-Tropical Convergence Zone (ITCZ), Monsun Asia Tenggara-Australia, sirkulasi Hadley dan Walker, serta MJO.
“Iklim Papua juga turut dipengaruhi oleh tiga sistem peredaran angin yakni angin pasat, angin meridional, dan angin lokal,” katanya.
Menurut Nugroho keseluruhan faktor tersebut berinteraksi membentuk suatu sistem baik lokal, regional, maupun global yang kemudian turut menentukan varian dan keragaman iklim di Bumi Cenderawasih.
“Papua merupakan sebuah pulau yang sangat topografi dan beragam menjadikan cuaca dan iklim di wilayah itu begitu dinamis dan kompleks,” ujarnya.
Dia menjelaskan, kondisi Iklim di Papua sangat bergantung pada kondisi Iklim di Samudra Pasifik sebagai penyuplai uap air terbesar di Papua sehingga diprediksikan kondisi La Nina akan bertahan hingga pertengahan tahun 2022.
“Itu artinya peluang hujan masih berpotensi terjadi hingga waktu tersebut,” katanya lagi.
Dia menambahkan, kondisi ENSO (El Nino Southern Oscillation) diprediksi akan terus melemah dari Maret hingga Mei 2022 yang artinya pengurangan curah hujan juga mulai terjadi.
“Ini akan terus diperbaharui setiap dasarian atau 10 harian dan kedatangan musim kemarau sangat berkaitan erat dengan peralihan angin monsoon Asia menjadi angin monsoon Australia,” ujarnya lagi.
Puncak kemarau Papua diprediksi Agustus
BMKG Wilayah V Jayapura memprediksi puncak musim kemarau di Provinsi Papua terjadi pada Juni hingga Agustus 2022.
“Puncak musim kemarau terjadi di Provinsi Papua tahun 2022 diprakirakan terjadi pada bulan Juni dan Agustus,” kata Hendro Nugroho.
Menurut Nugroho pihaknya memprediksikan kondisi musim kemarau saat ini diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologis untuk semua zona musim.
“Karena sifat hujan normal jika dibandingkan dengan akumulasi musim hujan kemarau periode 1991-2020,” ujarnya.
Dia menjelaskan angin monsoon Australia akan aktif pada akhir April 2022 dan mulai mendominasi pada bulan Mei hingga Agustus 2022, sehingga pihaknya berharap masyarakat waspada terutama pada wilayah-wilayah yang memasuki musim kemarau lebih awal.
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada pada musim kemarau terutama yang ada di daerah kekurangan air bersih,” katanya lagi.
Dirinya menambahkan pemerintah daerah dan masyarakat di daerah yang rawan kekurangan air bersih diharapkan dapat melakukan penyimpanan air pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau.
“Selain itu selama masa pancaroba atau masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau, masyarakat perlu mewaspadai potensi terjadinya angin kencang dan hujan lebat yang disertai kilat, petir,” katanya lagi. (*)
Discussion about this post